Kubu Amin Temukan Modus Mobilisasi Warga Jangan ke TPS tapi Surat Suaranya Dicoblosin Kades

Petugas memanggul kotak suara melewati sungai menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) terpencil di Dusun Nampu, Desa Pojok Klitih, Kecamatan Plandaan, Jombang, Jawa Timur. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Syaiful Arif

Jakarta – Tim Nasional (Timnas) pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin (Amin) mengklaim pihaknya menemukan modus dari para kepala desa (kades) di kawasan Sumatera dan Kalimantan. Modus kades itu diduga mobilisasi warganya agar tak hadir ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Rabu 14 Februari 2024.

Bawaslu: 'Lapor Mas Wapres', Pemilu dan Pilkada Jangan Digelar di Tahun yang Sama

Demikian disampaikan Ketua Tim Hukum Timnas Amin, Ari Yusuf Amir. Ia menyebutkan kalau kades itu beri uang imbalan ke warganya.

Kemudian, menurut dia, para kades itu diduga akan mencobloskan semua surat suara ke salah satu paslon yang sudah direncanakan.

3 Kades di Sumut yang Lagi Asyik Berjudi Ditangkap, Uang hingga Koin jadi Barbuknya

"Laporannya sampai saat ini sudah masuk ke kami seperti ini. Dengan memberikan imbalan uang, kades itu meminta untuk supaya mereka tidak datang ke TPS. Sementara, kertas suaranya dicoblos semua oleh kades atau perangkatnya untuk calon tertentu," kata Ari Yusuf di Jalan Brawijaya X, Jakarta Selatan pada Selasa 13 Februari 2024.

Kampanye Akbar Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di JIS

Photo :
  • AP Photo/Tatan Syuflana
DPR Dorong Audit Dana Hibah Pemilu dan Pilkada Serentak 2024

Dia menjelaskan kalau kejadiannya di Papua maka tak ada masalah karena sudah jadi sistem konstitusional untuk mencegah konflik dan disintegrasi. "Kalau ini kejadiannya di Papua, namanya Noken. Ada aturannya. Tapi, ini bukan di Papua," lanjut Ari.

Namun, Ari tak menjelaskan secara gamblang terkait provinsi mana saja soal adanya dugaan modus tersebut. Ia hanya mengatakan skenario ini dapat terjadi di desa-desa yang lemah pengawasannya.

"Jadi, begitu melalui cara di desa-desa yang minim pengawasan. Kades meminta warganya untuk tidak perlu datang ke TPS," kata dia.

Pun, Ari menuturkan sejatinya ada proses mobilisasi kepala desa dalam melakukan politik uang jelang pencoblosan. Tapi, kata dia, hal itu bisa dilakukan di desa yang memiliki pengawasan relatif baik.

Ari mengatakan pelbagai rencana pengerahan kades tersebut sudah dilaporkannya ke Bawaslu setempat. Namun, belum ada tindak lanjut dari pihak Bawaslu. "Ini kita sudah melaporkan ke Bawaslu daerah dan KPUD. Belum ada tanggapan," ujar Ari.

Ari menambahkan, ada indikasi mobilisasi yang dilakukan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dengan sejumlah modus. Kata dia, mobilisasi itu berupa massa yang tak punya hak pilih untuk memilih, penggelembungan hingga pengurangan suara .

"Lalu, ini juga sudah modus yang sudah setiap pemilu dilakukan. Ini akan dilakukan lagi, yakni melakukan pertukaran kotak hasil pemungutan suara dengan kotak hasil suara manipulasi untuk memenangkan calon tertentu," tuturnya.

Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya Sugiarto

Wakil Mendagri: Sistem Politik atau Sistem Pemilu Indonesia Boros

Wakil Menteri Dalam Negeri mengatakan bahwa Presiden RI Prabowo Subianto meminta untuk memperbaiki sistem pemilihan umum (pemilu) karena tidak efisien dan terlalu mahal.

img_title
VIVA.co.id
21 November 2024