Denny JA: Lacak Jejak Digital Cara Mudah Nilai Kredibilitas Lembaga Survei

Denny JA
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta - Pendiri Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI), Denny JA mengatakan, melihat rekam jejak adalah cara paling mudah untuk menilai kredibilitas lembaga survei dan konsultan politik.

Diduga Beda Pilihan Politik dengan Pemilik Lahan, Makam Pasutri di Sulsel Dibongkar Paksa

Denny pun memberikan contoh jejak Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang ia dirikan sebagai lembaga survei, quick count dan konsultan politik pada Pilpres 2019. Pilpres yang paling dekat dan sudah terjadi.

Denny menuturkan, dalam pelacakan di google dimulai dari ketika media mengumumkan hasil resmi KPU mengenai Pilpres 2019 pada 21 Mei. Itu berarti sekitar 5 minggu setelah hari pencoplosan.

Prabowo: Pilkada 2024 Berjalan Damai Tanda Masyarakat sudah Dewasa

Hasilnya, diberitakan sama di semua media yaitu Jokowi-Ma’ruf Amin menang di angka 55,50% dan Prabowo-Sandiaga di angka 44,50%. Jokowi- Ma’ruf menang dan terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.

Tanggal 12 April 2019, lima hari sebelum hari pencoblosan, salah satu media online memuat prediksi survei LSI Denny JA. Saat itu LSI Denny JA menyampaikan prediksi survei, dengan prosentase dalam bentuk interval.

Hasil Quick Count Indikator Terkait Pilkada 2024 di 6 Wilayah Luar Pulau Jawa

Denny JA

Photo :
  • Istimewa

Terterta dalam berita itu. LSI Denny JA memprediksi Jokowi- Ma’ruf menang, dengan range yang minimal dan maksimal. Diberitakan Jokowi akan memperoleh dukungan sebesar 55,9% sampai 65,8%. Sementara Prabowo 34,2% sampai 44,1%.

Denny JA menjelaskan mengapa lembaganya menyampaikan angka dalam interval. Hal itu dikarenakan tiga variabel yang masih tak pasti harus juga diperhitungkan saat itu.

Variabel pertama yakni masih ada pemilih yang belum menentukan pilihan. Kemudian variabel kedua yaitu masih ada pemilih yang sudah memilih tapi masih bisa berubah. Dan ketiga, tak bisa persis diketahui pemilih masing- masing capres-cawapres seberapa banyak yang golput.

Dengan tiga variabel itu, kata Denny, lebih memberikan informasi jika prediksi disampaikan dengan dua cara. Pertama, siapa pasangan yang akan menang pilpres lima hari kemudian. Dua, interval angka hasil akhir pilpres lima hari kemudian. Margin of Error tetap standard 2,9%.

"Lihat angka paling ujung dalam survei LSI Denny JA, yang ada dalam berita. Prediksi: 55,9% untuk Jokowi, dan 44,1% untuk Prabowo," ujar Denny.

Ia pun mencoba membandingkan hasil prediksi LSI Denny JA itu dengan hasil KPU, yang diumumkan lima minggu kemudian.

Dalam prediksinya, LSI Denny JA mengumumkan 55,9% untuk Jokowi. Sementara Hasil KPU yakni 55,5% untuk Jokowi. Untuk Prabowo, LSI Denny JA umumkan 44,1%. Sementara Hasil KPU yang resmi untuk Prabowo ternyata 44,5%.

"Selisihnya sangat, sangat dan sangatlah kecil sekali. Selisihnya masih dalam batas margin of error," katanya.

Lebih lanjut, Denny pun membeberkan kerja LSI Denny JA untuk quick count pilpres 2019. LSI Denny JA mengumumkan hasil quick count itu di hari pencoblosan, tanggal 17 April 2019, jam 15.00 WIB lewat 1 detik. 

"Saya sendiri, Denny JA, yang mengumumkan. Mengapa saya mengumumkan pukul 15.00 lewat satu detik. Peraturan KPU hanya membolehkan lembaga survei mengumumkan quick countnya setelah jam 15.00 di hari pencoblosan," katanya.

Maka, lewat satu detik setelah jam 15.00, saya ucapkan selamat datang kepada Presiden dan wakil presiden baru: Jokowi- Ma’ruf. Prosentase resmi dan final Quick Count LSI Denny JA diumumkan sekitar jam 18.00 di hari pencoblosan itu juga," katanya.

Dalam jejak digitalnya, Denny memaparkan hasil quick count LSI Denny JA memiliki selisih paling kecil dengan hasil resmi KPU pada lima minggu pasca pencoblosan.

"Selisih absolut quick count LSI Denny JA dengan hasil resmi KPU yang datang lima minggu kemudian hanya 0,12%. Sekali lagi hanya 0,12%," ucapnya.

Denny JA menerima penghargaan dari Guinness Book of World Records

Photo :
  • Istimewa

Denny pun melanjutkan jejak LSI Denny JA sebagai konsultan politik yaitu dengan menerima The Legend Award karena ikut memenangkan empat kali Pilpres berturut-turut. Yaitu dua kali ikut memenangkan SBY (2004, 2009), dan dua kali ikut memenangkan Jokowi (2014, 2019).

"Memang ini belum sepenuhnya dimengerti oleh publik luas, bahkan kalangan terpelajar sekalipun. Bahwa lembaga survei itu berbeda dengan lembaga konsultan politik," kata Denny.

Denny menjelaskan, lembaga survei itu kerjanya hanyalah melaporkan opini publik. Ia hanya merekam opini publik semata. Tak kurang dan tak lebih.

Sedangkan konsultan politik, kerjanya menggunakan data lembaga survei untuk mengubah opini publik itu, melalui program-program di lapangan.

"Lembaga survei itu dinilai prestasinya dari akurasi data. Tak penting siapa capres-cawapres yang menang dan kalah. Yang penting, datanya akurat. Akurasi menjadi sila pertama lembaga survei," katanya.

Denny mengatakan, konsultan politik dinilai dari kemampuannya memenangkan klien. Hal itu hanya mungkin jika data survei yang ia gunakan akurat. Mustahil konsultan politik bisa memenangkan klien jika berbasiskan data yang tak akurat. Kata terindah bagi konsultan politik yaitu menang.

Lebih lanjut, Denny menjelaskan mengenai perbedaan antara program lembaga survei dengan program konsultan politik. Kerja lembaga survei hanyalah riset, baik melalui survei, Focus Group Discussion (FGD), media analysis, indepth interview, dan lain sebagainya.

Sedangkan program konsultan politik jauh lebih kompleks. Di samping ia menghasilkan data elektabilitas secara berkala, ia harus membuatkan buku putih strategi pemenangan. 

"Konsultan politik selalu disibukkan dengan pertanyaan: bagaimana menambah dukungan pemilih untuk klien berdasarkan aneka segmentasi pemilih," ucapnya.

Konsultan politik, lanjut Denny, menyiapkan tim khusus untuk terjun ke lapangan, mengubah opini publik, secara door to door, datang ke rumah- rumah penduduk, hingga ke pedalaman desa yang terpencil.

Konsultan politik juga membuatkan aneka iklan-iklan untuk media ataupun ruang publik. Tak ketinggalan di hari pemilu, acapkali konsultan politik menyediakan tim besar mengajak pemilih datang ke TPS, terutama dari basis pendukung klien.

"Lembaga survei paling banyak mempekerjakan ratusan orang saja. Tapi kansultan politik untuk pilpres bisa mempekerjakan ribuan orang dari Aceh sampai Papua," ucapnya.

LSI Denny JA memiliki divisi lembaga survei dan divisi konsultan politik. Yang acapkali tampil di media, dalam publikasi hasil riset, atau Talk Show di TV adalah divisi lembaga survei. Sementara divisi konsultan politik bekerja di balik layar dan di lapangan.

"Di era pemilu langsung, capres dan cawapres ( juga gubernur, walikota, bupati) memerlukan lembaga survei untuk berdiri di sebelah kirinya, dan konsultan politik untuk tegak di sebelah kanannya," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya