Ramai Kritik Guru Besar, Haidar Alwi: Upaya untuk Mengacaukan Pemilu

Ilustrasi logo parpol peserta Pemilu 2024.
Sumber :
  • Dok. VIVA

Jakarta – Pendiri Haidar Alwi Institute, R Haidar Alwi angkat bicara mengenai adanya sejumlah kritik yang dilontarkan oleh guru besar dari sejumlah universitas. Haidar menilai ada upaya mengacaukan pemilu di balik gelombang kritik oknum guru besar yang muncul belakangan ini.

Mahasiswa Prihatin Proses Pilkada di Banten Kental Politisasi Hukum

"Ada upaya mengacaukan pemilu dan men-Soeharto-kan Jokowi yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Gerakan tersebut sengaja memanfaatkan tensi politik jelang pemilu yang memang sudah tinggi sehingga dapat memicu chaos yang lebih besar," kata R Haidar Alwi, Selasa, 6 Februari 2024.

Ilustrasi Pemilu.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Menperin Pastikan Gaikindo Bakal Hadirkan Mobil Indonesia sesuai Keinginan Prabowo

Menurut Haidar, sangat mengherankan dan patut dipertanyakan dalam waktu 2 minggu sebelum pemilu, puluhan kampus kompak melontarkan kritik. Dia menilai jika tidak ada aktor yang memobilisasi, rasanya akan sulit dilakukan kecuali hanya untuk ikut-ikutan.

"Kalau memang kritik murni, kenapa baru disampaikan sekarang? Kok bisa kompak? Kenapa harus dimulai 2 minggu sebelum pemilu, saat Prabowo-Gibran di survei akan mampu menang satu putaran? Padahal putusan MK, pendaftaran capres-cawapres dan penetapannya sudah beberapa bulan lalu," tutur kata Haidar

Pintu Universitas di Eropa Mulai Tertutup Bagi Mahasiswa Tiongkok

Dugaan ini diperkuat dengan adanya upaya konsolidasi di kalangan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk serentak turun ke jalan dengan mengusung slogan Reformasi Jilid 2. Mahasiswa bahkan membuka peluang memaksa Presiden Jokowi lengser sebelum masa jabatannya habis pada Oktober mendatang.

"Kalau oknum guru besar tadi sebagai propaganda biar keliatan intelek untuk mempengaruhi publik, maka mahasiswa dijadikan ujung tombak untuk eksekusinya," ujar Haidar Alwi.

Pemilu/Ilustrasi

Photo :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Selain itu, narasi yang digunakan juga hampir sama. Mereka mencoba menyulut ketidakpercayaan publik terhadap Presiden, pemerintah, lembaga negara, penyelenggara pemilu dan aparat penegak hukum agar rakyat terpengaruh dan ikut bergerak.

"Entah itu bergerak untuk mengacaukan pemilu, melengserkan Jokowi atau untuk menggerus suara Prabowo-Gibran yang kemungkinannya akan menang satu putaran. Aparat penegak hukum harus waspada, jangan sampai lengah karena apapun bisa terjadi," kata Haidar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya