Ramai Kritik Guru Besar, Haidar Alwi: Upaya untuk Mengacaukan Pemilu
- Dok. VIVA
Jakarta – Pendiri Haidar Alwi Institute, R Haidar Alwi angkat bicara mengenai adanya sejumlah kritik yang dilontarkan oleh guru besar dari sejumlah universitas. Haidar menilai ada upaya mengacaukan pemilu di balik gelombang kritik oknum guru besar yang muncul belakangan ini.
"Ada upaya mengacaukan pemilu dan men-Soeharto-kan Jokowi yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Gerakan tersebut sengaja memanfaatkan tensi politik jelang pemilu yang memang sudah tinggi sehingga dapat memicu chaos yang lebih besar," kata R Haidar Alwi, Selasa, 6 Februari 2024.
Menurut Haidar, sangat mengherankan dan patut dipertanyakan dalam waktu 2 minggu sebelum pemilu, puluhan kampus kompak melontarkan kritik. Dia menilai jika tidak ada aktor yang memobilisasi, rasanya akan sulit dilakukan kecuali hanya untuk ikut-ikutan.
"Kalau memang kritik murni, kenapa baru disampaikan sekarang? Kok bisa kompak? Kenapa harus dimulai 2 minggu sebelum pemilu, saat Prabowo-Gibran di survei akan mampu menang satu putaran? Padahal putusan MK, pendaftaran capres-cawapres dan penetapannya sudah beberapa bulan lalu," tutur kata Haidar
Dugaan ini diperkuat dengan adanya upaya konsolidasi di kalangan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk serentak turun ke jalan dengan mengusung slogan Reformasi Jilid 2. Mahasiswa bahkan membuka peluang memaksa Presiden Jokowi lengser sebelum masa jabatannya habis pada Oktober mendatang.
"Kalau oknum guru besar tadi sebagai propaganda biar keliatan intelek untuk mempengaruhi publik, maka mahasiswa dijadikan ujung tombak untuk eksekusinya," ujar Haidar Alwi.
Selain itu, narasi yang digunakan juga hampir sama. Mereka mencoba menyulut ketidakpercayaan publik terhadap Presiden, pemerintah, lembaga negara, penyelenggara pemilu dan aparat penegak hukum agar rakyat terpengaruh dan ikut bergerak.
"Entah itu bergerak untuk mengacaukan pemilu, melengserkan Jokowi atau untuk menggerus suara Prabowo-Gibran yang kemungkinannya akan menang satu putaran. Aparat penegak hukum harus waspada, jangan sampai lengah karena apapun bisa terjadi," kata Haidar.