Bahlil Duga Ada Skenario di Balik Bersuaranya Civitas academica yang Kritik Jokowi

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menduga ada skenario yang menggerakkan oknum guru besar atau civitas academica dengan mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang Pemilu 2024. Sebab, Bahlil sebagai mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) memahami pola gerakan itu.

Anies-Ganjar Kalah, Pilpres 2024 Panggung Politik Prabowo jadi RI 1

“Ini skenario, ini sudah paham sebagai mantan aktivis. Alah, ya, sudahlah mana ada politik tidak ada yang ngatur-ngatur. Kita tahulah, ini penciuman saya sebagai mantan ketua BEM, ngerti betul barang ini. Terkecuali aku ini mahasiswa dulu kutu buku. Kita ini besar di jalan, gimana kita enggak paham gini-ginian,” kata Bahlil di kompleks Kepresidenan, Jakarta, pada Senin, 5 Februari 2024.

Namun, Bahlil yang merupakan politikus Partai Golkar itu tetap menghormati dan menghargai pandangan atau aspirasi yang disampaikan para civitas academica atau guru besar berbagai kampus mengingat Indonesia merupakan negara demokrasi.

DPR Akan Kaji Usulan Pemilu Nasional dan Lokal tapi Tidak Sekarang

Penyortiran dan Pelipatan Surat Suara Pilpres Pemilu 2024. (Foto ilustrasi)

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

“Sebagai negara demokrasi, kita hargai aja pendapat masing-masing orang. Itu kan semua orang punya kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya di depan umum, termasuk civitas academica,” katanya.

Tergerus Digitalisasi dan Tren Teknologi, Mahasiswa yang Pengin Jadi Akuntan Kian Merosot

Sebagai aktivis 1998, Bahlil menyebut dahulu orang melakukan penetrasi dan agitasi ke kampus bersama adik-adik mahasiswa. Namun, kata dia, sekarang tampaknya tidak berhasil sehingga melakukan agitasi tingkat oknum guru besar.

“Mohon maaf, kita harus hargai mereka juga dengan harapan agar gerakan agitasi ini jalan. Tapi saya yakin, rakyat dan mahasiswa itu orang yang enggak bisa diatur-atur begitu. Gerakan ini menurut saya gerakan yang, ya, gitu deh,” ungkapnya.

Menurut dia, jika ingin menyampaikan persepsi atau komentar itu harus disertai dengan fakta dan bukti. Harusnya, kata dia, kampus ini dijaga marwahnya oleh para civitas akademika. Sebab, ia menyebut ada beberapa yang mengangkat jarinya dengan nomor calon presiden tertentu.

Penghitungan Surat Suara Pemilu 2019. (Foto ilustrasi).

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

“Saya ingin menyampaikan bahwa selama ini kampus juga harus dijaga marwahnya. Coba lihat di beberapa foto, katanya civitas academica independen, kok ada yang mengangkat jari dengan nomor tertentu? Kok ada salah satu ketua partai di situ? Yang bener aja bos. Jadi, maksud saya, buatnya itu yang enaklah. Tapi Pak Jokowi enggak apa-apa, santai-santai aja,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya