Gerindra Tertinggi dan PSI Tembus DPR RI di Pemilu 2024, Hasil Riset Analitika

Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep berfoto bersama caleg PSI dalam kampanye akbar di GOR Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Senin, 29 Januari 2024.
Sumber :
  • ANTARA/Anita Permata Dewi

Jakarta – Data Riset Analitika menunjukkan, elektabilitas Partai Gerindra menempati peringkat paling puncak hingga mencapai 20,6 persen menjelang pencoblosan pada Pemilu 2024 ini. Ini berarti menggeser PDIP yang pada Pemilu 2014 dan 2019, sebagai juaranya.

Bersaing Ketat, RK-Suswono Bisa Menangi Pilgub Jakarta Jika Mampu Yakinkan Undecided Voters

Gerindra adalah partai utama pengusung pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, di Pilpres 2024. Berdasarkan hasil survei mereka, meroketnya elektabilitas pasangan dengan nomor urut 2 itu memberikan coattail effect bagi Gerindra, yang pada dua pemilu sebelumnya hanya menduduki peringkat kedua dan ketiga.

Sementara itu, di jajaran tengah, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diprediksi akan tembus ke Parlemen. Dalam survei yang dilakukan, PSI yang dinakhodai putera Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, itu menembus ambang batas parlemen dengan meraih elektabilitas 4,3 persen.

Meutya Hafid: Kementerian Komdigi Kampanyekan Makan Bergizi Gratis

“Elektabilitas Gerindra teratas dalam konstelasi pemilu legislatif, dan di jajaran papan tengah PSI diprediksi lolos menuju Senayan,” kata Direktur Eksekutif Data Riset Analitika, Nana Kardina, Selasa, 30 Januari 2024.

Nana menekankan, pemilu kali ini yang didominasi soal Pilpres 2024 membuat partai-partai yang kurang memiliki asosiasi dengan capres-cawapres harus bekerja lebih keras lagi. Dikatakan, di antara tiga pasangan capres-cawapres, hanya sedikit yang berkaitan dengan partai pengusungnya.

RK-Suswono Paling Banyak Didukung Gen Z dan Gen Y, Hasil Litbang Kompas

Selain Partai Gerindra dengan figur ketua umumnya Prabowo Subianto, hanya PDIP dan PKB yang cukup punya kaitan dengan kandidat di pilpres. PDIP adalah partai utama pengusung Ganjar Pranowo – Mahfud MD, sedangkan PKB menjadi anggota koalisi pengusung Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar.

PDIP yang berasosiasi kuat dengan figur Ganjar Pranowo masih meraih elektabilitas tinggi, menduduki peringkat kedua sebesar 17,8 persen. PKB dengan ketua umumnya Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mendapat 7,8 persen, bersaing dengan Partai Golkar yang elektabilitasnya mencapai 8,5 persen.

“Meskipun tidak ada figur Golkar yang maju dalam pilpres, tetapi mesin politik partai yang selalu menjadi bagian dari pemerintahan itu masih mampu menjaga posisinya bertahan pada peringkat tiga besar,” kata Nana.

Hanya saja, lanjut Nana, harus diakui keunggulan PKB yang mampu mendekati elektabilitas Golkar setelah ketua umumnya menjadi cawapres dari Anies. 

“Di antara anggota Koalisi Perubahan, hanya Cak Imin yang diasosiasikan dengan partai pengusungnya, sedangkan Anies Baswedan tampak lebih independen,” kata Nana.

Nasdem dan PKS berebut efek elektoral Anies, di mana Nasdem merupakan partai yang pertama kali mengusung. Sedangkan basis pemilih PKS lebih kuat dalam mendukung Anies. Elektabilitas PKS sedikit lebih baik, mencapai 5,1 persen, sedangkan Nasdem 4,7 persen.

Sementara Partai Demokrat yang berpindah koalisi dari semula mendukung Anies menjadi bagian dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) pengusung Prabowo-Gibran, harus puas dengan elektabilitas 5,0 persen.

“PKS dan Demokrat semula sama-sama menempatkan diri sebagai oposisi dan berada di luar pemerintahan Jokowi, di mana sebelumnya Demokrat cukup pintar memimpin gerbong oposisi dalam melancarkan kritik terhadap berbagai kebijakan Jokowi,” kata dia.

“Partai-partai oposisi dan pengkritik Jokowi mendominasi jajaran papan tengah elektabilitas,” ujar Nana menambahkan.

Selanjutnya, ada PAN dengan elektabilitas 4,6 persen atau sedikit berada di atas PSI. PAN juga pendukung Prabowo-Gibran di pilpres ini. 

“Peluang PSI lolos ke Senayan disumbang oleh asosiasi partai itu dengan Presiden Jokowi, terutama sejak masuknya Kaesang, serta dukungan terhadap Prabowo-Gibran,” kata Nana.

Menurutnya, perpecahan Jokowi dengan PDIP, memberi peluang bagi PSI untuk berkembang menjadi kendaraan politik bagi Jokowi. 

“Masuknya PSI ke Senayan bisa menjadi saluran kepentingan Jokowi di arena legislatif, sedangkan Prabowo-Gibran menguasai eksekutif,” kata Nana.

PPP Terancam Terlempar dari Parlemen

Namun, yang kurang baik dihadapi oleh PPP yang memiliki kursi paling sedikit di Senayan. Diprediksi, partai berlogo kabah itu akan tersingkir dari parlemen. 

“PPP terancam terlempar keluar parlemen dengan elektabilitas hanya 2,5 persen, serta masih harus bersaing dengan partai-partai baru dan non-parlemen lainnya,” imbuhnya. 

Sedangkan partai lainnya, Perindo (1,3 persen), Gelora (0,6 persen), PBB (0,4 persen), dan Partai Hanura (0,3 persen). Kemudian ada Partai Ummat dan Garuda yang sama-sama 0,1 persen, serta PKN dan Partai Buruh yang nihil dukungan. Sedangkan sisanya 16,2 persen tidak tahu/tidak jawab.

Untuk diketahui, survei Data Riset Analitika ini dilakukan pada 20-25 Januari 2024, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili 38 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya