TPD Ganjar-Mahfud DKI Dibawain Petai dari Masyarakat, Prasetyo: Simbol Ketahanan Pangan
- Istimewa
Jakarta - Tim Pemenangan Daerah Ganjar-Mahfud DKI Jakarta mengadakan simulasi pencoblosan pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Markas Pemenangan Daerah, Jalan Hang Lekir, Jakarta Selatan pada Sabtu, 20 Januari 2024.
Ketua TPD Ganjar-Mahfud DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi mengatakan simulasi pencoblosan ini dilakukan untuk mengingatkan masyarakat agar tidak salah memilih pada Rabu, 14 Februari 2024 nanti.
“Ini untuk mengingatkan. Ingat nanti gambarnya, ingat nama calonnya yakni Pak Ganjar dan Pak Mahfud,” kata Prasetyo.
Maka dari itu, ia menyampaikan terima kasih kepada masyarakat termasuk driver ojek online yang memberikan dukungan untuk Ganjar-Mahfud pada Pemilu Presiden 2024. Namun, Prasetyo meminta para driver ojek online supaya mengajak kerabat dan tetangganya untuk memilih Ganjar-Mahfud.
“Terima kasih kepada teman-teman driver online yang bersedia memenangkan Ganjar-Mahfud di DKI, para relawan tidak kenal lelah turun ke bawah menjaring suaranya,” ujar Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta ini.
Dalam acara tersebut, kata Pras, juga dilakukan penyerahan buah dan makanan dari masyarakat. Menurut dia, buah dan makanan memiliki makna filosofis salah satunya merupakan simbol ketahanan pangan seperti kecapi, petai, dan dodol.
"Petai memiliki makna persatuan, dan dodol memiliki makna gotong royong yang merupakan identitas masyarakat Indonesia," jelas dia.
Sementara Ketua TKN Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid mengatakan saat ini sangat dibutuhkan adalah persatuan dan gotong royong untuk memenangkan Ganjar-Prabowo disisa 25 hari masa kampanye.
Menurut dia, Ganjar merupakan anak polisi yang kemudian sekolah dan masuk ke DPR untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Sedangkan, kata dia, Mahfud adalah pendekar hukum yang selalu berorientasi melindungi rakyat.
Dari hasil blusukan pasangan Ganjar-Mahfud, lanjut dia, masyarakat membutuhkan pekerjaan apalagi Indonesia akan menghadapi bonus demografi. "Yang paling sulit adalah lapangan pekerjaan. Ya bagaimana bonus demografi, yang muda muda nanti kalau tidak ada pekerjaan bukannya bonus tapi petaka," pungkasnya.