Elektabilitas Prabowo Subianto Diprediksi Melejit Karena Dapat Empati Masyarakat Pasca Debat
- Istimewa
Jakarta – Perhatian masyarakat sangat tinggi, pasca debat capres ketiga yang berlangsung pada Minggu 7 Januari 2024. Termasuk eksposure pembertiaan hingga obrolan di media sosial, medsos. Berdasarkan data dari Menara Digital Dashboard Monitoring periode 7-8 Januari 2024, secara akumulatif Prabowo Subianto mendapat eksposure tertinggi sebesar 95.085 data.
Direktur PoliEco Digital Insights Institute (Pedas), Anthony Leong, menjelaskan kalau eksposure Prabowo paling tinggi ketika terjadi perdebatan dengan Anies Baswedan.
Data tersebut menjadi yang tertinggi jika dibandingkan dengan Ganjar Pranowo di posisi kedua dengan 72.680 data dan Anies Baswedan di posisi ketiga dengan 58.088 data.
"Dua kacamata jika dilihat expose Pak Prabowo, pertama di Instgram pribadi Pak Prabowo yang naik signifikan dari 7,1 juta followers, pasca debat jadi 8,1 juta followers, banyak narasi natural yang muncul seperti menangis dan sedih lihat Pak Prabowo diserang Ganjar dan Anies. Dan kenaikan di media sosial ini tentu memberikan dampak positif gen z milenial dan undecided voters pasti lebih jeli melihat debat ini membongkar karakter calon pemimpinnya," jelas Anthony, dalam keterangannya, dikutip Kamis 11 Januari 2024.
Faktor kedua, jelas dia, seperti yang ada di akun Tiktok milik Erick Thohir. Dimana Erick sudah menyatakan mendukung Prabowo. Di realnya itu ada "Im with you pak" dengan jumlah penonton 36,2 juta dan likers mencapai 4,2 juta. Video tersebut memperlihatkan bagaimana ekspresi Prabowo tetap sabar ketika diserang capres lainnya.
"Dari sisi komunikasi dan empati publik, Pak Prabowo yang menang, apalagi saat soal etika yang ditanyakan Anies. Itu mendapat respon buruk ke Anies, karena Anies yang dulu didukung oleh Pak Prabowo, hingga patungan seluruh Kader Gerindra untuk dana kampanye Pilgub 2017, tapi sekarang air susu dibalas air tuba. Padahal Pak Prabowo ada ruang untuk membalas serangan itu tapi tidak dipakai karena perlu berdebat soal ide, gagasan dan karya," tegas Anthony yang juga Wakil Sekretaris Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) itu.
Lanjut dia menjelaskan, empati publik yang diperoleh Prabowo juga adalah lantaran tidak membuka data-data pertahanan dan keamanan negara. Dimana sempat terjadi adu argumen soal data dan kerahasiaan negara dari data pertahanan, saat debat berlangsung hingga berakhir.
"Data pertahanan negara tidak boleh asal kita angkat ke publik karena itu rawan. Pemilih saat ini sudah pintar, mana yang tulus mengabdi kepada negara, mana yang hanya kepentingan kekuasaan semata dengan lupa diri dengan masa lalunya berangkat darimana, sehingga sangat cocok jika pak Prabowo mendapatkan empati itu sangat besar dan meningkatkan elektabilitas dan berpeluang besar untuk menang satu putaran, jika tren survei terus naik," jelas Anthony.