Ketua TKN: Capres 01 dan 03 Terlalu Sibuk Menyerang, Bahkan Kerja Sama untuk Menjatuhkan

Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan P Roeslani (kiri)
Sumber :
  • VIVA/Andrew Tito

Jakarta - Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, mengaku khawatir setelah debat ketiga calon presiden dengan tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi dan geopolitik yang diselenggarakan KPU RI pada Minggu, 7 Januari 2024.

Bawaslu RI Imbau Pengawasan Pilkada Harus Santun dan Riang Gembira

Sepanjang jalannya debat, kata dia, calon presiden Prabowo Subianto berusaha menjaga dan membela pertahanan Indonesia. Sedangkan dua calon presiden lainnya, calon presiden nomor 1 Anies Baswedan dan calon presiden nomor 3 Ganjar Pranowo, bekerja sama menjatuhkan serta mencemooh pertahanan bangsa.

Padahal, Rosan mengatakan topik debat pada waktu sebenarnya sangat penting untuk masyarakat bisa mendapatkan pemahaman yang benar tentang pertahanan, ketahanan, kehormatan dan pengaruh Indonesia saat ini. Sangat disayangkan masyarakat gagal mendapatkan manfaat adu gagasan yang maksimal tentang upaya meningkatkan kualitas pertahanan dan keamanan, kebijakan luar negeri, dan geopolitik.

Keberhasilan Kunjungan Luar Negeri Presiden Prabowo Subianto Tingkatkan Kerja Sama Bilateral dan Kebanggaan Nasional

Prabowo Subanto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Debat Capres

Photo :
  • Istimewa

“Karena hanya Pak Prabowo yang berusaha menyampaikan laporan prestasi pertahanan kita, sekaligus visi dan misinya ke depan. Sedangkan, capres 01 (Anies) dan 03 (Ganjar) terlalu sibuk menyerang, bahkan kerja sama untuk menjatuhkan serta mengolok-olok postur pertahanan bangsa saat ini,” kata Rosan di Jakarta, Selasa, 9 Januari 2024.

Punya Pengalaman, Anies Diharapkan Bisa Bantu Dongkrak Elektabilitas Syaikhu-Ilham Habibie

Herannya, kata Rosan, kedua calon pemimpin nasional itu tidak bisa menempatkan dan membawa diri mereka dengan pas dan pantas. Contoh, Anies dan Ganjar bolak-balik menyerang soal pembelian alutsista bekas, bahkan mencemooh dengan nilai 5 dan 11 dari 100.

“Padahal, pertahanan bukan saja soal alutsista. Jadi, sangat tidak pas dan tidak pantas apalagi untuk kita di Indonesia yang punya sejarah melawan dan mengalahkan para penjajah dari Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang yang bersenjata canggih hanya dengan batu, keris, golok, badik, dan bambu runcing,” katanya.

Jadi, menurut mantan wakil menteri BUMN itu, debat ketika calon presiden sebenarnya mengupas dan menguji tujuan serta karakter kepemimpinan dari setiap kandidat. Pemimpin yang negarawan siap mengorbankan dirinya demi mengedepankan kepentingan masyarakat dan bangsa serta selalu menjadikan dirinya teladan, kapan pun dan di mana pun.

Ilustrasi Pemilu.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

“Kami bangga karena Pak Prabowo terbukti sebagai pemimpin yang mati-matian mempertahankan moral masyarakat dan membela pertahanan Indonesia, walaupun harus mengorbankan dirinya diserang, djatuhkan, bahkan difitnah di hadapan ratusan juta rakyat yang menonton,” ujarnya.

Dengan sendirinya, kata Rosan, masyarakat bisa melihat mana calon presiden yang siap berkorban untuk kepentingan bangsa dan mana yang siap menjatuhkan sesama anak bangsa untuk kepentingan dan ambisi pribadi. Hal yang menyedihkan, katanya, adalah ancaman yang ingin menjatuhkan pertahanan bangsa justru datang dari dalam negeri sendiri, dan disampaikan secara terang-terangan oleh kedua calon presiden lainnya.

“Untungnya, saya yakin masyarakat kita bisa menilai dengan objektif. Kalau capres 01 dan 03 mencemooh postur pertahanan kita dengan nilai 5 dan 11/100, lalu berapa ponten mereka untuk para pejuang dan pahlawan yang gugur mengusir penjajah dengan keris, golok, badik, dan bambu runcing? Kalau saya bangsa asing yang ingin menjatuhkan pertahanan Indonesia, saya pasti dukung capres 01 dan 03. Karena, di situlah titik terlemah pertahanan kita ke depan,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya