Komitmen PKS Hormati Kiai Santri, Jazuli: Bukan untuk Kepentingan Politik Jangka Pendek

Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri bersama elite petinggi PKS
Sumber :
  • istimewa

Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melalui Fraksi di DPR memperlihatkan komitmen dalam penghormatannya terhadap kiai, santri, dan pesantren. Upaya itu dengan kembali menyelenggarakan Lomba Baca Kitab Kuning (LBKK).

Sibuk Politik, 2024 Jadi Tahun yang Penuh Guncangan bagi Krisdayanti

Kegiatan LBKK itu merupakan edisi ke-7 tahun 2023 sebagai bagian peringatan Hari Santri Nasional. Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Aljufri didampingi Presiden PKS Ahmad Syaikhu langsung membuka LBKK.

Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini menyampaikan LBKK sebagai bentuk komitmen pihaknya dalam mengokohkan nilai-nilai keumatan. Selain itu, menurut dia, untuk mengingatkan peran kiai, santri, dan pesantren kepada generasi muda Indonesia.

Kelompok yang Gulingkan Assad Berambisi Politik Berkedok Agama, Menurut Alumnus Suriah

“Ada tidak ada pemilu lomba ini tetap berjalan. Jadi, sama sekali bukan untuk kepentingan politik jangka pendek tapi politik kebangsaan dan keumatan," kata Jazuli, dalam keterangannya, Selasa, 5 Desember 2023.

Ketua Fraksi PKS di DPR Jazuli Juwaini

Photo :
  • istimewa
Setuju dengan Prabowo Pilkada Lewat DPRD: Saatnya Dievaluasi secara Menyeluruh

Menurut Jazuli, pesantren sudah hadir sebelum  negara Republik Indonesia merdeka. Pun, dia bilang pihaknya memahami dan menyadari betul kontribusi pesantren, kiai, dan santri sangat besar bagi negara RI. Maka itu, dia menuturkan upaya itu dengan mengabadikan salah satunya melalui LBKK.

"Kami tidak ingin ada mata rantai yang terputus dari peran para kiai, peran santri, dan peran pesantren, yang sudah tertoreh sebelum dan setelah Indonesia ini merdeka”, ujar Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Cilegon dan Serang itu.

Mengokohkan Nasionalisme

Sementara itu, Ketua Majelis Syura PKS Habib Salim Segaf Aljufri mengapresiasi konsistensi Fraksi PKS dalam menyelenggarakan LBKK. Bagi dia, hal itu strategis bagi generasi bangsa.

Pertama, kata dia, sebagai upaya mengokohkan nasionalisme Indonesia yang relijius. Apalagi, kata dia, bangsa Indonesia dihadapkan pada ancaman ideologi pemikiran yang merusak jati diri bangsa seperti paham liberalisme, sekularisme, atheisme dan lain-lain.

Kedua, menurut dia, upaya memajukan pesantren sebagai soko guru pendidikan nasional. Kata dia, pesantren juga berkontribusi besar dalam membentuk karakter generasi bangsa.

Dengan demikian, menurutnya bisa terwujud generasi muslim dan pribumi yang akan jadi pemimpin bangsa dengan pemahaman kebangsaan yang utuh.

Lalu, yang ketiga bisa mendorong para santri agar termotivasi untuk mencintai dan meneladani para ulama terdahulu berikut karya-karyanya. Upaya itu untuk menjaga dan melestarikan pemahaman ahlu sunnah wal jamaah.

"Kita semua berharap para santri bisa menjadi cendekiawan muslim dan pemimpin yang cerdas, berintegritas, beriman, bertakwa dan berakhlak mulia," tutur Salim Segaf.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya