Prabowo Sebut Kebijakan Radikal Jokowi soal Nikel Bikin Pendapatan Negara Naik 1.000 Persen
- VIVA/Yeni Lestari
Lebak - Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menegaskan komitmennya ingin membawa Indonesia menjadi negara industri yang berkembang, bukan sekadar negara pasar.
“Kita sudah punya rencana, kita sudah punya kajian, kita sudah punya peta di depan yang kita beri nama pohon industri. Indonesia ingin jadi negara industri, kita tidak mau jadi negara pasar untuk barang-barang lain,” kata Prabowo dalam orasi politiknya pada kegiatan doa bersama 2.000 kiai se-Banten di Lebak, Banten, Minggu, 3 Desember 2023.
Menurut dia, Indonesia memegang kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah, di antaranya batu bara, nikel, dan kelapa sawit. Menyadari potensi itu, Prabowo meyakini bahwa pemanfaatan SDA secara optimal dapat menjadi pilar utama dalam mendorong pertumbuhan industri nasional.
Dia menilai keberadaan batu bara sebagai sumber energi, nikel untuk industri logam, dan kelapa sawit sebagai komoditas yang dibutuhkan industri pangan dan energi, memberikan landasan yang kuat untuk mengembangkan sektor industri dengan mengoptimalkan pemanfaatan kekayaan alam tersebut.
“Batu bara, nikel, kelapa sawit, semua ada. Sebenarnya ini yang disebut pohon industri kalau diolah, harganya akan naik, kita akan jadi negara industri,” ujarnya.
Prabowo berharap Indonesia tidak hanya menjadi pemain utama dalam ekspor bahan mentah, tetapi juga mampu menciptakan produk bernilai tambah tinggi dalam menciptakan motor, mobil, pesawat terbang, kapal, dan perangkat elektronik.
Dia mengaku optimistis bahwa transformasi itu akan menjadi kunci untuk meningkatkan perekonomian dan daya saing negara serta menciptakan lapangan kerja, teknologi, dan memberikan nilai tambah bagi produk domestik.
Ketua Umum Partai Gerindra itu memberi contoh kasus nikel menjadi cermin kebijakan strategis bagi Indonesia. Sebelumnya, pada tahun 2017, nikel diekspor sebagai bahan mentah, menyumbang penghasilan sekitar 3,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp50 triliun.
Namun, pada tahun 2020, Presiden Jokowi mengeluarkan larangan ekspor nikel mentah, mewajibkan pengolahan di dalam negeri. Hasilnya, setelah kebijakan tersebut diterapkan, penerimaan dari sektor nikel melonjak drastis menjadi 33,8 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan sepuluh kali lipat atau 1.000 persen.
Kebijakan ini tidak hanya menggambarkan keberhasilan diversifikasi industri, tetapi juga membuktikan potensi besar Indonesia dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya alam.
“Jadi, kita tidak mau lagi menjual barang-barang kita mudah. Tidak boleh menjual gelondongan mentah. Harus diolah di Indonesia,” katanya.
Karena itu Prabowo berkomitmen akan meningkatkan kecerdasan anak-anak generasi bangsa sehingga bisa menjadi SDM yang unggul dan berdaya saing di level global dengan pendidikan yang memadai.
“Anak-anak kita harus kuat, harus pintar. Ibu-ibu yang hamil pun akan kita memberi dukungan gizi karena mereka adalah yang mengandung anak-anak Indonesia. Kita sekarang tidak mau lagi ada anak Indonesia yang kekurangan gizi, stunting, tidak boleh ada lagi istilah itu di bumi Indonesia,” ujar Prabowo. (ant)