Di Cangkir Opini, Anak Muda Beda Pilihan Pilpres 2024 Bicara Saling Jaga Kesatuan
- Istimewa
Malang – Meski berbeda pilihan pada Pilpres 2024, anak muda tetap harus menjaga persatuan. Itu tergambar dalam diskusi Cangkir Opini, di Kampung Mahasiswa, Malang Jawa Timur, yang menghadirkan anak muda yang berbeda pilihan capres-cawapres. Pesan persatuan disampaikan melihat fenomena politik saat ini.
”Dalam melihat politik elite ini, jangan sampai terbawa arus. Kaum muda harus mampu melihat pola politik yang terjadi hingga sekarang,” kata Koordinator Nasional atau Kornas Kawan Gibran, Ali Muthohirin, menjadi salah satu pembicara, Kamis 21 November 2023.
Lebih lanjut, jelas mantan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu menegaskan, anak muda di Pilpres 2024 ini harus mengambil peran. Bukan lagi hanya menjadi objek untuk kepentingan politik elektoral semata.
”Prabowo-Gibran merupakan pasangan yang ideal. Juga bisa menyuarakan isu-isu anak muda,” lanjut Ali Muthohirin.
Pembicara lainnya yang hadir adalah dr. Gamal Albinsaid. Ketua Bidang Kepemudaan Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS). Gamal menyoroti persoalan anak muda dewasa ini. Dimana menurutnya, yang mereka butuhkan saat ini adalah lapangan kerja, sembako, dan juga korupsi.
”Kalau menurut survei CSIS, pemimpin yang diinginkan pada 2019 lalu sebanyak 38 persen, adalah pemimpin yang merakyat. Sekaeang, tren pemimpin yang diinginkan, sebesar 37 persen, adalah pemimpin yang jujur dan antikorupsi,” kata Gamal, yang pada Pilpres 2024 pendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Menurut dia, saat ini selain ingin menghadirkan perubahan, pasangan Anies-Cak Imin punya komitmen yang besar untuk membuka lapangan kerja dan pengembangan ekonomi.
”Ide besarnya adalah keadilan dan perubahan,” terang Gamal.
Pemerhati sosial politik yang juga akademisi, Dr Wahyudi Winarjo, menilai perbedaan adalah lumrah dan dia meminta publik tidak bersikap negatif dengan perbedaan. Apalagi itu menyangkut perbedaan pilihan politik.
”Jangan tercuci otak dengan satu dimensi pemikiran,” katanya.
Menurutnya, semua pihak harus benar-benar memahami berbagai informasi yang ada. Menggali lebih dalam tentang apa yang diperjuangkan oleh capres-cawapres tersebut.
”Setelah itu baru dipilah dan dipilih untuk menjadi keputusan,” kata dosen sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.
Meski mereka berbeda pilihan politik di kontestasi pesta demokrasi lima tahunan saat ini, semua bersepakat untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
”Beda pilihan, tapi tetap satu Indonesia,” ujar Nur Alim, moderator dalam dialog.