Gerindra Respons Sindiran Djarot ke Gibran saat Bertandang ke 'Kandang Banteng'
- tvOne-Pujiansyah
Jakarta – Wasekjen Partai Gerindra Didi Mahardhika merespons sindiran Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat terkait kehadiran Gibran Rakabuming Raka di Tapanuli, Sumatera Utara belum lama ini. Cucu Bung Karno itu merasa, apa yang diungkapkan Djarot kepada media, sudah melewati batas.
Didi mengatakan, Pernyataan Djarot Saiful Hidayat kepada Gibran sangat tendensius dan berbau fitnah. Dalam pernyataannya, Djarot menyatakan telah terjadi rekayasa konstitusi dan nepotisme yang bersifat terbuka untuk melanggengkan kekuasaan.Â
"Tuduhan tersebut tentu sangat menyakitkan hati rakyat dan berpotensi memecah persatuan bangsa yang sudah dirintis dan diperjuangkan oleh para founding fathers," ujar Didi Mahardhika dalam keterangannya yang diterima Senin 20 November.
Menurut Didi yang menjabat sebagai Wasekjen Partai Gerindra, pernyataan Djarot tersebut dianggap sebagai bentuk sindiran yang menyesatkan.
"Jangan karena takut calonnya kalah dalam kontestasi Pilpres maka pendukungnya menghalalkan segala cara dengan membangun narasi yang menyesatkan dan merusak persatuan bangsa," kata Didi
Serangan terhadap capres atau cawapres lawan, lanjutnya, sangat dimungkinkan dalam proses demokrasi Pilpres. "Tetapi hendaknya jangan sampai membuat kita kehilangan hati nurani dan jati diri kita  sebagai bangsa yang beradab," tegas Didi.
Meski merespons keras pernyataan Djarot, namun Didi berharap, dinamika politik saat ini tetap disikapi dengan mewujudkan Pemilu dan Pilpres yang damai.
"Tetap menjujung tinggi dan mengedepankan nilai-nilai persatuan dan toleransi," tutup Didi.
Sebelumnya, dalam pernyataan kepada wartawan, Djarot tidak merasa khawatir, jika suara PDIP terpecah antara mendukung Prabowo-gibran dan Ganjar-Mahfud, lantaran kehadiran Gibran di Tapanuli. Sebab di wilayah tersebut merupakan 'kandang banteng'.
"Rakyat Tapanuli saya kira juga sangat aktif mencermati dinamika perpolitikan nasional, baik melalui media mainstream maupun media sosial, terutama bagaimana konstitusi direkayasa dan terbukti terjadi pelanggaran etik berat sehingga paman Gibran diberhentikan sebagai ketua MK," ujar Djarot kepada wartawan.
Lebih lanjut Djarot juga menyindir pencalonan Gibran sebagai cawapres mendampingi Prabowo."Rakyat juga paham tentang praktik nepotisme yang dilakukan secara terbuka dan tidak ada rasa malu demi melanggengkan kekuasaan," imbuh Djarot.