Jadi Pemilih Mayoritas di 2024, Gen Z dan Milenial Harus Melek Politik

Diskusi yang digelar Formasi Indonesia Moeda
Sumber :
  • istimewa

Jakarta - Gen Z dan milenial diminta melek politik jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang tinggal hitungan kurang tiga bulan. Sebagai suara yang mendominasi, milenial dan Gen Z diharapkan tidak apolitis.

Gubernur Bengkulu Ditangkap saat Kampanye Terakhir, Pengacara: KPK Sekarang Lebih Kental Politik

Demikian jadi bahasan dalam diskusi yang digelar Formasi Indonesia Moeda bertema 'Demokrasi di Mata Anak Muda Menghadapi Pilpres 2024' yang digelar di Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta.

Koordinator Nasional Formasi Indonesia Moeda Syifak Muhammad Yus menjelaskan kegiatan diskusi bertujuan untuk mengajak Gen Z dan milenial agar melek politik lantaran suara mereka dominasi Pemilu 2024 yang sudah di depan mata.

Mengenal Money Dysmorphia yang Bikin Milenial dan Gen Z Selalu Cemas soal Uang

Syifak tak ingin anak muda yang jadi pemilih mayoritas hanya sekedar jadi objek. Namun, ia minta agar anak muda juga aktif dalam pesta 5 tahunan tersebut.

Penghitungan surat suara Pilpres 2019 (Foto ilustrasi).

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa
KPU Targetkan Partisipasi Pemilih Pilkada Serentak 2024 Capai 82 Persen

Dia pun merujuk data KPU dalam penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) Caleg DPR RI yang diusung 18 partai politik.

"Sebanyak 67 persen lebih dari 41 tahun. 12 persen lebih dari 61 tahun dan di bawah 41 tahun hanya 33 persen. Melihat dari data tersebut anak muda masih berada di posisi pinggir, belum mengambil posisi yang strategis," kata Syifak dalam keterangannya, Jumat, 17 November 2023.

Dia menilai minimnya anak muda dalam kontestasi karena masih banyak yang apolitis atau menganggap politik itu sesuatu yang kotor. Kondisi itu dinilai yang membuat anak muda enggan terjun ke dalam dunia politik.

"Negara demokratis tidak lepas dari partai politik, namun generasi muda masih antipati. Maka harus ada pemahaman atau sesuatu yang diluruskan," ujar Syifak.

Lebih lanjut, Syifak menuturkan pemilu 2024 diharapkan jadi momentum konsolidasi demokrasi. Selain itu, pesta demokrasi 2024 juga bisa pererat kesatuan bangsa sehingga jangan hanya dimaknai sebagai jargon-jargon pemanis kampanye.

Menurut dia, demokrasi 2024 juga mesti dimaknai dan digunakan untuk usaha yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kemajuan bangsa Indonesia.

“Di mata anak muda demokrasi harus termanifestasi dalam bentuk pemerataan pembangunan, hilirisasi industri," lanjut Syifak.

Lebih lanjut, dia menuturkan hal itu sebagai kesempatan memimpin bagi semua anak bangsa tanpa ada pembatasan. "Dan, selalu menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan lain,” tutur Syifak

Syifak juga menyampaikan posisi generasi muda tahun politik juga rawan terpapar hoaks yang bisa menimbulkan kegaduhan, adu domba dan perpecahan. Maka itu, ia  mendorong agar para politisi dan elit parpol lebih mengarah ke kampanye politik positif daripada kampanye negatif, apalagi hoaks.

"Saatnya calon pemimpin lebih mengutamakan kampanye visi dan misinya daripada hanya menyerang pihak lain menggunakan isu-isu yang belum terbukti," ujarnya.

Syifak juga jelaskan demokrasi sudah semestinya dimaknai sebagai satu ruang gagasan untuk semua termasuk anak muda.

Kata dia, pemilu bukan lagi sebagai ruang yang melahirkan konflik kontra produktif. Namun, menurutnya mesti jadi ruang dialektika.

"Perbedaan pilihan adalah perbedaan gagasan untuk kemajuan bersama, pertarungan gagasan itu memungkinkan setiap anak bangsa dapat menyumbangkan pikirannya," tuturnya.

"Setidaknya Indonesia EMAS 2045 dalam mencapainya akan lebih mudah karena dipikirkan oleh semua golongan," kata Syifak.

Dalam acara tersebut, hadir pula Dewan Pakar TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Budiman Sudjatmiko, Kepala Bappilu DPP Golkar Maman Abdurrahman, hingga Jubir Demokrat Herzaky Mahendra Putra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya