Efek Jokowi Dinilai Bisa Mempengaruhi Elektabiltas PDIP

Ilustrasi simbol PDIP dalam Peringatan Bulan Bung Karno 2023
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta -- Konstelasi politik  menuju Pilpres 2024 menghangat dengan isu perseteruan antara Presiden Jokowi dengan PDI Perjuangan (PDIP). Isu konflik tersebut memunculkan sindiran dari dua kubu seperti yang dilontarkan elite PDIP Adian Napitupulu.

Relawan AAJ Sowan ke Jokowi, Tegaskan Tidak Bicara Politik

Adian sebelumnya diduga menyindir Jokowi lantaran menyinggung PDIP sudah memberikan banyak hal sejak yang bersangkutan jabat Wali Kota. Pun, kata Adian, saat putra sulung Jokowi jadi Wali Kota Solo, PDIP pun beri dukungan.

Menanggapi itu, Direktur Eksekutif Lingkar Pemuda Indonesia (LPI), Muda Saleh menilai sindiran Adian tak berdasar, dan berpotensi menimbulkan kegaduhan. Dia mengingatkan Jokowi punya efek penting terhadap elektabilitas PDIP.

Nasdem Sebut Sikap PDIP soal PPN 12 Persen "Lempar Batu Sembunyi Tangan"

“Perlu diketahui bahwa efek Jokowi mempengaruhi elektabilitas partainya. Toh, buktinya Gibran terpilih. Begitu pula Bobby Nasution terpilih,” ujar Muda Saleh, dalam keterangannya, Sabtu, 4 November 2023.

Presiden Jokowi dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di Rakernas PDI-P

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa
Misbakhun Ingatkan PDIP Tak Amnesia soal Kenaikan PPN

Menurut dia, omongan Adian memperlihatkan rendahnya kualitas berpikir lantaran pertontonkan sikap kecewa di depan publik. “"ni bisa ngelantur, tidak menempatkan redaksional yang tepat pada tempat yang seharusnya disampaikan," kata Muda.

Bagi dia, upaya Adian diduga ingin jatuhkan nama baik Jokowi. Ia bilang demikian karena ada kesan seolah-olah kesuksesan Jokowi, maupun putranya sulungnya yaitu Gibran Rakabuming karena PDIP.

“Adian partainya itu justru berterima kasih pada Jokowi, toh rakyat memilih mereka (Gibran dan Bobby-red), dan banyak pihak menyebut karena Jokowi efek,” ujarnya.

Sementara, Sekretaris Umum TIM 8 Relawan Jokowi Bergerak Bersama Prabowo (TIM 8-RJBBP), Akhrom Saleh sependapat dengan penilaian Muda Saleh. Dia menyertakan data yang diperoleh PDIP di Pemilu 1999, suaranya tertinggi dengan meraup sebanyak 35,62 juta suara.

Namun, menurut dia, pada Pemilu 2004 dan 2009, PDIP malah mengalami kemerosotan suara yang signifikan. Kata Akhrom, hal itu berbeda saat Jokowi diusung PDIP sebagai calon presiden di 2014 dan 2019..

“Beda saat Jokowi sebagai capres yang diusung PDIP tahun 2014, suara nasional PDIP menjadi 23,67 juta suara. Bahkan, di tahun 2019 naik lagi menjadi 27,05 juta suara. Ini artinya kalau kita simpulkan, adanya efek Jokowi,” tutur Akhrom.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya