Saiful Mujani SMRC Prediksi Pilpres 2024 Dua Putaran Karena Elektoral Pasangan Capres Belum Efektif

Pendiri SMRC Saiful Mujani
Sumber :
  • SMRC TV

Jakarta - Pendiri SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting), Saiful Mujani, mengatakan Pemilu Presiden 2024 kemungkinan akan dilaksanakan dua putaran. Sebab, kata dia, tiga pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden, capres dan cawapres, belum punya efek elektoral masing-masing.

Indikator Politik: Dedi Mulyadi Unggul Telak 71,5 Persen di Pilgub Jawa Barat

Saiful merujuk pada data survei nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang dilakukan pada 2-8 Oktober 2023. Dalam simulasi tanpa pasangan pada tiga nama yang berlaga di Pilpres 2024, survei tersebut menunjukkan Anies Baswedan mendapatkan suara 22,7 persen; Ganjar Pranowo 35,2 persen; Prabowo Subianto 37 persen; dan tidak jawab 5,1 persen.

Menurut dia, selisih suara Prabowo dan Ganjar pada survei tidak signifikan secara statistik karena jaraknya kurang dari dua kali margin of error (MoE). Sementara margin of error pada survei ini sebesar 2,5 persen. Selisih Prabowo dan Ganjar pada survei ini hanya 1,8 persen. 

Elektabilitas Egi-Syaiful Unggul, Warga Dinilai Ingin Paslon yang Sejalan dengan Pemerintahan Prabowo

“Sementara selisih kedua calon itu dengan Anies sudah signifikan, 12,5 persen dengan Ganjar. Sementara pemilih yang belum menentukan pilihan sudah sangat sedikit. Dengan posisi seperti ini, kemungkinan pilpres berlangsung dua putaran menjadi sangat terbuka,” kata Saiful Mujani melalui keterangan tertulisnya pada Kamis, 25 Oktober 2023.

Dia juga mengatakan, dalam simulasi pasangan yang sudah didaftarkan ke KPU yakni Anies – Muhaimin mendapatkan suara 23,5 persen; Ganjar-Mahfud 33,1 persen; Prabowo-Gibran 36 persen; dan belum jawab 7,4 persen.

Elektabilitas Atang-Annida Sisakan 2 Persen dari Dedi-Jenal, Menurut Survei Trust Indonesia

“Sebagaimana simulasi tanpa pasangan, dengan pasangan juga selisih dua pasangan teratas tidak lebih dari dua kali margin of error, sehingga tidak bisa disimpulkan siapa yang lebih unggul diantara keduanya. Sementara, pasangan Anies-Muhaimin sudah berada pada posisi ketiga,” jelas dia.

Artinya, kata dia, secara umum tidak ada perubahan yang signifikan dari dua data tersebut (simulasi tanpa pasangan dan dengan pasangan). Dimana, lanjut dia, selisih antara simulasi individual calon presiden dan pasangan calon presiden tidak signifikan. 

Pada pasangan Amin – Muhaimin, secara individual mendapatkan 22,7 persen menjadi 23,5 persen pada pasangan, perbedaannya hanya 0,8 persen. Pasangan Ganjar – Mahfud bergerak dari 35,2 persen individual menjadi 33,1 persen dalam pasangan, selisihnya hanya -2,1 persen. 

“Sedangkan, pasangan Prabowo – Gibran berubah dari 37 persen individual menjadi 36 persen dalam simulasi pasangan, selisihnya – 1 persen. Sementara yang tidak tahu dari 5,1 persen menjadi 7,4 persen, selisihnya 2,3 persen,” ungkapnya.

Tiga Calon Wakil Presiden Belum Kontribusi

Saiful mengatakan, sejauh ini atau sampai survei awal Oktober 2023 ini, tiga nama bakal calon wakil presiden tersebut belum punya kontribusi pada pasangannya masing-masing. Misalnya Muhaimin Iskandar yang diharapkan mendongkrak suara Anies belum terjadi. 

“Mungkin karena belum sosialisasi yang kencang. Perubahan suara akan sangat tergantung pada bagaimana kontestan bereaksi terhadap data ini. Bukan marahin datanya. Kesimpulannya, baik Muhaimin, Mahfud, maupun Gibran belum membantu atau memperkuat pasangan mereka masing-masing,” kata Saiful Mujani.

Menurut dia, salah satu aspek bisa menjelaskan hal ini adalah rendahnya keterpilihan tiga tokoh bakal calon wakil presiden berhadapan dengan tiga nama calon presiden. Jika diadu tiga nama calon presiden ditambah tiga nama bakal calon wakil presiden, yakni Anies, Ganjar, Prabowo, Muhaimin, Mahfud dan Gibran ini gap elektabilitasnya antara tiga nama calon presiden dan tiga nama calon wakil presiden sangat jauh.

“Karena itu, tiga tokoh bacawapres itu ditelikung oleh tiga nama bacapres. Mereka berada di dalam kantong masing-masing bacapres. Pak Mahfud, misalnya, ada di kantong Ganjar, bukan di luar sebagai kekuatan baru. Yang terjadi adalah Mahfud tersubordinasi pada Ganjar. Demikian pula Muhaimin yang tersubordinasi pada Anies, dan Gibran yang tersubordinasi pada Prabowo,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya