Ganjar Masih Unggulan di Jatim, Meski Anies-Cak Imin Deklarasi
- Istimewa
Jakarta – Bakal calon presiden (Bacapres) Ganjar Pranowo unggul dalam semua simulasi capres 2024 yang dilakukan Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia khusus wilayah Jawa Timur. Ganjar juga unggul saat berhadapan dengan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Pada simulasi tiga nama bakal calon presiden, Ganjar unggul dengan hasil survei mencapai 43,9 persen. Sedangkan Prabowo Subianto sebesar 33,8 persen, dan Anies Baswedan 14,4 persen.
"Dari survei tersebut, sebanyak 8,0 persen belum menunjukkan pilihan," kata Peneliti Utama Indikator Burhanuddin Muhtadi, dikutip Senin, 2 Oktober 2023.
Indikator juga mencoba membuat simulasi nama-nama yang mungkin pantas berpasangan dengan Ganjar Pranowo. Ada 19 nama yang dimasukkan Indikator. Hasilnya, Erick Thohir meraih 17,2%, Khofifah Indar Parawansa 15,1%, Mahfud MD 11,5%, Ridwan Kamil 9,2%, Sandiaga Uno 7,1%, Gibran 5,5%, Muhaimin Iskandar 4,9% dan Agus Harimurti Yudhoyono 4,8%. Sementara nama lain kurang dari 4%, belum menjawab 15.2%.
Dia mengatakan, Jawa Timur, salah satu provinsi di Pulau Jawa dengan potensi pemilih sekitar 16% dari total pemilih di Indonesia. Besarnya potensi pemilih di Jawa Timur ini menjadi daya tarik tersendiri terutama menjelang Pemilihan Umum Presiden.
Berdasarkan hasil empat Pilpres sejak 2004 hingga 2019, pemenang Pilpres selalu merupakan pasangan yang juga unggul di Jawa Timur selain di wilayah potensial lain. Artinya, Jawa Timur merupakan salah satu kunci kemenangan dalam Pilpres.
"Untuk memenangkan Pilpres, tidak bisa tidak, pasangan calon dan timnya harus memperhitungkan Jawa Timur sebagai salah satu prioritas," kata dia.
Menurut dia, berbicara mengenai perilaku memilih di Jawa Timur, tidak bisa dilepaskan dari organisasi massa terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU). Jawa Timur sejak dulu merupakan basis NU, dan arah dukungan NU turut menentukan pilihan warga Jawa Timur.
Meski seringkali NU tidak secara resmi mendukung salah satu pasangan dalam Pilpres, namun warga membaca keberpihakan para kyai NU dan menjadikannya salah satu pertimbangan dalam memilih.
"Mengetahui kecenderungan tersebut, para calon pun berebut dukungan NU menjelang pemilu, baik dengan mengusung calon berlatar belakang NU atau mengunjungi para kyai NU untuk menunjukkan kedekatan, dengan harapan gerbong kyai NU akan ikut tergerak untuk mendukung calon tersebut," katanya.
Metodologi survei menggunakan populasi seluruh warga negara Indonesia di Jawa Timur yang punya hak pilih dalam pemilihan umum. Mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling.
Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 1810 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.810 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error-moe) sekitar +2.4% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang terdistribusi secara proporsional.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).