Pengamat: Diakui atau Tidak, Prabowo Memang Dekat dengan Kiai Ulama yang Terafiliasi NU
- Dok Pribadi
Jakarta - Bakal calon presiden atau bacapres Prabowo Subianto dinilai punya kedekatan dengan para kiai ulama yang terafiliasi Nahdlatul Ulama (NU). Ketua Umum Partai Gerindra itu dinilai punya potensi mengeruk dukungan dari tokoh NU.
Pengamat yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menganalisa Prabowo memang punya kedekatan dengan ulama NU. Ia menyebut Menteri Pertahanan RI itu dalam beberapa kesempatan memperlihatkan kedekatan itu.
Dia menuturkan salah satu contohnya ketika Prabowo dekat dengan salah satu tokoh NU yaitu, Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya.
“Kalau kembali kepada Pak Prabowo, diakui atau tidak, iya memang dekat. Bahkan saya cek, beberapa kiai, pak Prabowo sering intensitas bertemu dengan para kiai termasuk dengan Habib Luthfi,” kata Ujang, Rabu, 6 September 2023.
Menurut Ujang, dari pengamatannya, kedekatan antara Prabowo dengan parai kiai dan ulama terutama Jawa Timur juga bukan sekadar isapan jempol saja. Dari beberapa momen, eks Danjen Kopassus itu membuktikan sebagai sosok yang dekat dengan para pemuka agama yang ada di Jatim bahkan Indonesia.
“Iya memang ada kedekatan Pak Prabowo dengan kiai-kiai di Jatim bahkan mungkin di seluruh Indonesia,” tutur Ujang.
Merujuk hasil survei yang dilakukan oleh Surabaya Research Syndicate (SRS), dilaporkan Prabowo sebagai bacapres yang dekat dengan para kiai dan ulama. Survei SRS dilakukan dalam kurun waktu 2 – 11 Agustus 2023.
Dari survei itu, Prabowo berhasil mendulang dukungan dari nahdliyin sebesar 41,5 persen. Angka yang diraih Prabowo lebih tinggi dibandingkan perolehan bakal Capres PDIP, Ganjar Pranowo dengan 36,5 persen. Adapun bakal capres Anies Baswedan meraih dukungan Nadhliyin sebesar 10,8 persen.
Maka itu, Ujang meyakini adanya pengaruh dari kiai dan juga ulama di NU berperan besar untuk memberikan dukungan kepada salah satu capres yang akan berlaga di 2024. Menurut dia, hal itu termasuk dukungan terhadap Prabowo.
“Saya melihat kultur yang dianut ini sami’na wa atona, sam’an wa tho’atan (mendengar dan taat). Itu dikenal dalam kalangan tradisi Nahdliyin bahwa sesungguhnya pemilih NU itu di kultural ya, bagaimana kami mendengar kami taat,” tutur Ujang.
Menurut dia, jika ada bacapres yang dekat dengan kiainya itu maka punya potensi besar bisa mendapatkan suara pemilih di grass root.
"Jadi, biasanya kami saat itu ya sami’na wa atona, kami mendengar dan kami taat,” ujar Ujang.