Berebut Endorse Jokowi, Ganjar dan Prabowo Dicap Pemimpin Pengekor

Presiden Jokowi, Menhan Prabowo dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta – Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga, menyoroti hasil survei dari Litbang Kompas yang menunjukkan bahwa jumlah responden yang bakal memilih sosok capres yang di endorse oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) ternyata tidak banyak. Jumlahnya hanya berkisar 18,1 persen responden.

Jokowi hingga SBY Bakal Ramaikan Kampanye Akbar RK-Suswono Sabtu Besok

"Persentase tersebut jauh lebih sedikit dengan responden (32,6 persen) yang memastikan tidak akan memilih siapa pun capres yang direkomendasikan oleh Jokowi," kata Jamiluddin dalam keterangannya kepada Viva, Kamis 24 Agustus 2023.

Menurut Jamiluddin, temuan Litbang Kompas itu tidak jauh berbeda dengan hasil survei sebelumnya. Hanya sedikit responden yang akan mengikuti capres yang di endorse Jokowi.

Pilkada Bandung Barat, Elektabilitas Jeje Govinda dan Hengky Kurniawan Bersaing Ketat

"Karena itu, kiranya aneh bila Ganjar Pranowo dan Prabowo Subiakto terkesan berlomba-lomba untuk memperoleh endorse Jokowi. Ganjar dan Prabowo seolah pamer dan bangga bila dekat dengan Jokowi. Kedekatan itu lalu dimaknai sudah mendapat endorse dari Jokowi," kata Jamiluddin

Menhan Prabowo Subianto (tengah) bersama Ganjar Pranowo dan Presiden Jokowi.

Photo :
  • Tim Media Prabowo
Lagi, Jokowi Endorse Paslon Respati-Astrid dengan Blusukan di Proyek Rel Layang Warisan Gibran

Para pendukung kedua Capres tersebut, kata Jamiluddin, juga seakan-akan berlomba mengklaim bahwa Capresnya yang akan direstui Kepala Negara. Padahal hal itu tidak banyak berpengaruh bagi elektabilitas kandidat Capres.

"Dua kubu pengusungnya juga terkesan saling mengklaim capresnya di endorse Jokowi. Padahal endorse Jokowi tidak berpengaruh signifikan pada elektabilitas capres yang diusung," kata Jamiluddin

Kalau terus berharap di endorse Jokowi, lanjut Jamiluddin, maka Ganjar dan Prabowo akan dinilai calon pemimpin pengekor. "Pemimpin seperti ini tentu tak layak memimpin Indonesia ke depan," ujarnya

Sebab, dalam situasi nasional dan global yang terus dalam ketidakpastian, tentu berbahaya bila Indonesia dipimpin sosok pengekor. "Indonesia dalam situasi demikian justru membutuhkan pemimpin yang mandiri dan kreatif, sehingga ia akan lebih adaptif dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa dan negara," ujar Jamiluddin

Jadi, partai pengusung lebih baik memperlihatkan kapasitas dan kemandirian capresnya daripada seolah mengemis mendapat endorse Jokowi. "Hal itu akan dapat menciptakan kesan capresnya bukan kaleng-kaleng, tapi sosok yang handal yang kapasitasnya jauh melampaui Jokowi," ujar Jamiluddin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya