Sekaliber Budiman Sudjatmiko Dicuekin PDIP, Pengamat: Ya Loncat Pagar
- VIVA.co.id/Yeni Lestari
Jakarta – Nasib Budiman Sudjatmiko di PDI Perjuangan, seperti sedang diujung tanduk. Sanksi pemecatan ramai disebut bakal diterima imbas keputusannya yang bertolak belakang dengan partai, yakni mendukung Prabowo Subianto sebagai Capres 2024. Apalagi, Sekjen Hasto Kristiyanto, memberi opsi mundur atau dipecat.
Masa depan Budiman di PDIP dipersoalkan, setelah akhir pekan kemarin memutuskan untuk mendukung Prabowo Subianto sebagai capres. Padahal, partainya seperti yang diumumkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, mengusung Ganjar Pranowo.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, menilai wajar langkah Budiman Sudjatmiko Prabowo Subianto. Tidak tunduk pada keputusan Ketua Umum PDIP Megawati yang mengusung Ganjar di Pilpres 2024.
Ujang menyoroti sejarah keberadaan Budiman di PDIP. Dulu, kata dia, Budiman punya posisi yang cukup strategis dan karirnya difungsikan oleh partai. Namun situasi itu berubah, setelah Taufik Kiemas wafat. Mantan pentolan Partai Rakyat Demokratik (PRD) itu tidak pernah difungsikan oleh PDIP.
Dengan kata lain, sekaliber Budiman Sudjatmiko tidak pernah diberikan peran strategis di partai berlambang banteng moncong putih.
“Ya kita tahu Budiman adalah salah satu anak emas Taufik Kiemas. Banyak peran yang dimiliki Budiman ketika Taufik Kiemas masih hidup. Tapi ketika sudah wafat, lalu dapil (daerah pemilihlan)-nya dipindah sehingga dia tidak jadi (DPR), tidak punya posisi, tidak punya jabatan, tidak punya tempat, tidak punya peran yang strategis di PDIP,” kata Ujang kepada awak media, Senin, 21 Agustus 2023.
Jadi, ditegaskan pengamat politik dari Universitas Al-Azhar itu, sangat rasional saat Budiman pindah haluan pilih untuk mendukung Prabowo di Pilpres 2024.
“Ya pilihannya ketika itu terjadi, suka tidak suka, mau tidak mau harus berpikir ulang dalam konteks dia agar punya peran tadi. Jadi, hal yang rasional saja ketika Budiman memiliki pilihan sendiri soal capres yaitu mendukung Prabowo ketika partainya mengusung Ganjar Pranowo,” kata Ujang.
Ujang menyarankan agar PDIP melakukan evaluasi. Sebab, kata dia, fenomenanya saat ini PDIP semakin banyak diisi oleh orang-orang yang tidak jelas ketokohannya, tapi memiliki jabatan yang strategis.
“Saya sih melihatnya pertama, tentu PDIP evaluasi ya. Tokoh seperti Budiman dicuekin, dibiarin, tidak punya peran, tidak punya posisi, tidak punya jabatan, tidak punya apa-apa, sehingga dia ya loncat pagar. Tentunya itu harus jadi evaluasi di tubuh PDIP, karena banyak orang-orang yang baru, banyak orang-orang yang ketokohannya juga enggak jelas tapi punya tempat yang bagus dan strategis di PDIP,” jelasnya.