Detik-detik Kemerdekaan Indonesia, Soekarno-Hatta Diculik ke Rengasdengklok
Jakarta – Pekan ketiga di bulan Agustus, selalu menjadi tanggal yang penting bagi rakyat Indonesia. Ya, tepatnya pada tanggal 17 Agustus, Indonesia selalu merayakan Hari Kemerdekaan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, 70 tahun yang lalu, bapak proklamator Indonesia, Ir. Soekarno didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta, membacakan teks proklamasi tepat pukul 10 pagi.Â
Peristiwa bersejarah ini berlangsung di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan No. 56, Jakarta yang saat ini berganti nama menjadi Jalan Proklamasi No. 1.Â
Namun, sebelum pembacaan dilakukan, Soekarno dan Hatta sempat diculik oleh para kaum muda. Berikut kronologinya:
Menyerahnya Bangsa Jepang
Saat itu, Indonesia tengah dijajah oleh Jepang yang mana mereka berjanji untuk memberikan kemerdekaan pada Indonesia di tanggal 24Â Agustus 1945.Â
Tampak ingin memenuhi janjinya, pada tanggal 7 Agustus 1945 Marsekal Terauchi telah menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).Â
Namun nahas, sehari sebelum pembentukan PPKI, Kota Hiroshima, Jepang, dijatuhi atom oleh Angkatan Udara Amerika Serikat yang diberi nama Little Boy. Amerika yang juga merupakan anggota pasukan Sekutu kembali melancarkan serangan bom atom kedua yang diberi nama Fat Man di Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945.Â
Kedua serangan bom atom tersebut mau tak mau Jepang menyerah kepada pihak sekutu.Â
Hal ini ditandai dengan pengakuan Kaisar Jepang, Hirohito, untuk menyerah dan menghentikan peperangan di atas kapal kapal perang Amerika USS Missouri yang sedang berlabuh di Teluk Tokyo
Didesak Golongan Muda
Menyerahnya Jepang pada sekutu didengar oleh Sutan Sjahrir yang merupakan salah satu tokoh golongan muda.Â
Sutan ingin memanfaatkan kondisi ini dan mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Â
Pada saat itu Sutan mendatangi kediaman Hatta yang baru saja pulang dari Dalat, Vietnam setelah menemui Marsekal Terauchi bersama Bung Karno dan Radjiman Wedyodiningrat.
Kepala dingin, Hatta berkata bahwa ia tidak bisa memberikan keputusan begitu saja dan mengajak Sutan bertemu dengan Bung Karno.Â
Sayangnya Bung Karno dan para golongan tua menolak usulan Sjahrir dan tetap berpegang pada keputusan awal PPKI yaitu Proklamasi dilaksanakan pada 24 Agustus 1945.Â
Hal ini membuat gesekan antar golongan tua dan muda. Karena menurut golongan muda, kemerdekaan harus diraih dan dinyatakan oleh bangsa Indonesia sendiri, dan bukan hasil pemberian Jepang.
Golongan muda pun berdiskusi dan menghasilkan keputusan bahwa perlu dilakukannya pengasingan terhadap Soekarno dan Hatta agar terhindar dari segala pengaruh pihak Jepang.Â
Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.30 dini hari, golongan anak muda bersama salah satu anggota PETA akhirnua menculik Bung Karno dan Bung Hatta dan membawa mereka ke pengasingan di wilayah Rengasdengklok.
Di Rengasdengklok, Bung Karno dan Bung Hatta dijaga oleh Komandan Kompi PETA yakni Cudanco Subeno.
Di sana, golongan anak muda tetap mendesak dan berusaha meyakinkan Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, di Jakarta terjadi pula diskusi antara golongan muda dan golong tua. Dalam perundingan antara golongan muda dan golongan tua tersebut diperolehlah kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan akan dan harus dilaksanakan di Jakarta.
Akhirnya setelah proses perundingan Bung Karno dan Bung Hatta bersedia untuk menyatakan kemerdekaan setelah kembali ke Jakarta.
Setelah mendapat kesepakatan, Bung Karno dan Bung Hatta dijemput untuk kembali ke Jakarta. Pada malam hari di tanggal 16 Agustus 1945, penyusunan naskah proklamasi pun dilakukan.
Musyawarah tersebut dilakukan di rumah Laksamana Maeda, seorang kepala perwakilan Angkatan Laut Jepang, yang terletak di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta, dan senang hati membantu tokoh-tokoh penting tersebut.
Naskah proklamasi ditulis tangan oleh Soekarno dan setelah disepakati, kemudian diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik miliknya.
Keesokan harinya, pada Jumat, 17 Agustus 1945, teks proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dibacakan di kediamanan Bung Karno yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta, tepat pukul 10.00 WIB.Â