Partai Garuda Heran Jokowi Ditertawakan Saat Tesla Lebih Pilih Investasi di Malaysia

Wakil Ketua Umum DPP Partai Garuda Teddy Gusnaidi.
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta - Langkah Tesla, perusahaan Elon Musk yang lebih memilih investasi di Malaysia ketimbang RI sempat jadi sorotan. Presiden RI Jokowi juga ditertawakan karena Tesla pilih di Malaysia.

Jokowi Ajak 2 Cucunya Nonton Laga Timnas Indonesia Vs Filipina di Manahan

Wakil Ketua Umum DPP Partai Garuda Teddy Gusnaidi heran dengan banyak yang menertawakan Jokowi. Ia mengatakan demikian karena pemerintah RI sudah gigih melobi Tesla dan menemui Elon Musk.

"Banyak yang mentertawakan Jokowi ketika Tesla, perusahaan Elon Musk lebih memilih berinvestasi di Malaysia. Padahal Indonesia begitu gigih mengajak kerjasama, sampai harus mengunjungi Elon Musk," kata Teddy, dalam keterangannya, Kamis, 27 Juli 2023.

Jelang Nataru, Jasa Marga Catat 490 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Kata dia, dalam upaya mengajak Tesla, Presiden RI Jokowi juga turun tangan.

"Bahkan tidak tanggung-tanggung, Presiden Jokowi turun langsung menemui Elon Musk," ujarnya.

Pemerintah Malaysia Setujui Lanjutkan Pencarian Pesawat MH370, Ini Respons Keluarga Korban

Bagi dia, hal itu sebenarnya tidak masalah, karena RI sudah berusaha. "Namanya juga penjajakan, tentu tidak harus selalu berhasil," lanjut Teddy.

Dia bilang ikhtiar yang dilakukan Jokowi bukan hal yang memalukan. "Itu bagian dari tugas beliau, menarik investor untuk meningkatkan perekonomian negara," tutur Teddy.

Ia menekankan, jika terjadi kerjasama dengan Tesla, tentu akan saling menguntungkan. Alasannya, karena Tesla, sebagai pemain besar dunia untuk kendaraan listrik.

"Sedangkan Indonesia adalah penghasil nikel terbesar di dunia. Nikel adalah bahan utama untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Makanya Jokowi turun tangan langsung," ujarnya.

Teddy berpandangan, Tesla punya pemikiran sendiri untuk tak melakukan investasi di Indonesia. Adapun, RI juga tak bisa memaksa Elon Musk untuk investasi di Indonesia.

"Begitupun Elon Musk, dia tidak bisa memaksa Indonesia untuk mensupplay nikel," katanya.

Lebih lanjut, ikhtiar pemerintah RI merupakan hal biasa. Apalagi, kata dia, awal 2024, RI sudah mulai memproduksi baterai kendaraan listrik.

"Memanfaatkan Nikel sendiri dan juga memproduksi sendiri mobil listrik. Kalau tidak ada yang mau kerjasama, ya kita buat sendiri," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya