Anas Urbaningrum Minta yang Pernah Zalim Segera Bertobat: Tak Perlu Minta Maaf ke Saya

Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum
Sumber :
  • PKN

Jakarta - Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Anas Urbaningrum menyarankan mereka yang pernah melakukan kezaliman hukum untuk bertobat. Hal itu diungkap dalam pidato politiknya di kawasan Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat.

Masoud Pezeshkian jadi Presiden Iran Menggantikan Ebrahim Raisi yang Meninggal Kecelakaan

"Saya ingin katakan bahwa bagi yang pernah melakukan kezaliman hukum bertaubatlah, bertaubatlah," kata dia kepada wartawan, Sabtu 15 Juli 2023.

Dia memang tidak merinci siapa sosok yang dimaksud. Namun, Anas melanjutkan, yang melakukan kezaliman hukum itu cuma perlu bertobat, tidak usah minta maaf kepadanya. "Tidak perlu minta maaf kepada Anas, itu bukan sesuatu bagi saya," katanya.

Ketua Pemenangan Pemilu Dipecah, PDIP Bantah karena Evaluasi Pilpres

Alih-alih minta yang melakukan kezaliman hukum itu minta maaf kepadanya, Anas cuma minta agar jangan sampai sosok tersebut mengulangi hal serupa.

Anas Urbaningrum Sampaikan Pidato Politik di Monas

Photo :
  • VIVA/Foe Peace Simbolon
Soal Pilkada Banten 2024, AHY: Demokrat Akan Bersikap Realistis

"Tetapi, cara taubat baik jangan mengulangi lagi. Kemudian minta maaf pada yang menciptakan manusia, menciptakan kita semua. Minta maaf kalau saya bergetar soal ini karena saya sungguh-sungguh bagi kita berbangsa dan bernegara kalau Indonesia mau punya masa depan, ini azas yang sungguh-sungguh kalau Indonesia ingin tetap berjalan diikrarkan oleh para pendiri republik," katanya.

Politik Kesatria

Lebih jauh, Anas Urbaningrum mengingatkan seluruh pihak bahwa dalam mengikuti kompetisi politik, siapa pun itu harus mengutamakan sikap kesatria. "Kalau berkompetisi, termasuk kompetisi politik, harus kesatria. Bertanding yang kesatria. Bertanding terbuka, kesatria. Ayo maju satu lawan satu. Terbuka. Jangan pakai tangan pihak lain," ujar Anas

Menurut dia, jika setiap peserta dalam kompetisi politik mengutamakan sikap kesatria, tidak akan ada permusuhan ataupun kebencian yang muncul dalam kompetisi itu. Ia lantas mengingatkan pula bahwa kebencian ataupun dendam bukan merupakan karakter bangsa Indonesia.

"Kebencian dan dendam itu bukan karakter kita. Kebencian dan dendam itu bukan sikap kita," imbau Anas.

 Dalam kesempatan yang sama, Anas pun mengimbau seluruh pihak yang merasa pernah melakukan kezaliman hukum atau menzalimi seseorang dengan hukum sebagai alat. Dia menilai pada dasarnya hukum di Tanah Air tidak boleh diperalat, seperti untuk menyingkirkan pihak-pihak tertentu dalam suatu kompetisi.

"Hukum tidak boleh diperalat, hukum tidak boleh menjadi alat untuk menyingkirkan siapa pun," kata dia.
 Selanjutnya, ia menyinggung persoalan keadilan. Anas memandang keadilan merupakan mahkota hukum.

"Artinya adalah hukum yang tegak, tetapi keadilan roboh, maka sesungguhnya hukum itu roboh dengan sendirinya. Hukum yang ditegakkan tanpa mempertimbangkan asas keadilan, bahkan melecehkan asas keadilan itu adalah hukum yang secara yuridis dan sosial sesat," jelas dia.

Dalam penyampaian pidato yang juga bertepatan dengan momen ulang tahunnya ke-54 itu, Anas lalu menyampaikan ucapan terima kasih kepada para sahabat yang ikhlas membersamai setiap langkah dia.

"Saya ingin mengucapkan rasa syukur, terima kasih kepada para sahabat yang selama ini senantiasa hadir, setia, dan ikhlas membersamai setiap langkah-langkah saya," kata dia. Ia mengatakan akan selalu berusaha melakukan hal-hal terbaik ke depannya.

Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Arif Satria

Ketua ICMI Ingin Sistem Politik Indonesia Dievaluasi Total: Lama-lama Cenderung Materialistis

Ketua ICMI Prof. Arif Satria mengemukakan sistem politik Indonesia yang saat ini perlu dilakukan evaluasi total, agar cita-cita membangun peradaban bangsa dapat tercapai.

img_title
VIVA.co.id
6 Juli 2024