Peta Koalisi 2024 Dinamis, Poltracking: Negosiasi 'Kue' Politik Tak Kunjung Matang

Penghitungan surat suara Pilpres 2019 (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta - Kurang dari empat bulan jelang pendaftaran bakal capres dan cawapres 2024, peta koalisi menuju Pilpres 2024 dinilai masih dinamis. Potensi berubah masih ada sebelum pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pilpres 2024 Dinilai Mulai Geser Demokrasi RI Jadi Otokrasi Elektoral yang Mengkhawatirkan

Peneliti Poltracking Indonesia, Arya Budi menganalisa manuver beberapa partai politik atau parpol yang melakukan pertemuan untuk penjajakan koalisi menarik perhatian. Bahkan, menurutnya pertemuan itu tak diduga seperti antara Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani.

Dia juga menyoroti saat kunjungan PAN ke markas DPP PDI Perjuangan (PDIP). “Potensi berubah masih ada selama belum masuk pendaftaran Pemilu 2024, pendaftaran KPU,” kata Arya, Selasa, 4 Juli 2023.

Sibuk Politik, 2024 Jadi Tahun yang Penuh Guncangan bagi Krisdayanti

Ilustrasi logo parpol peserta Pemilu 2024.

Photo :
  • Dok. VIVA

Menurut Arya, potensi parpol menyeberang koalisi dinilai masih memungkinkan. Potensi partai yang berubah koalisi potensi terjadi seperti Pilpres 2019 dan 2014. Berubah poros koalisi itu jika ada tawaran yang mampu mempengaruhi partai politik.

Quick Count Poltracking Paling Presisi Prediksi Pemenang Pilgub Kalteng: Selisih 0,03 Persen

Arya menyebut potensi Golkar dan PAN untuk berubah koalisi jelang pendaftaran cukup terbuka.

“Bagi yang sudah mendeklarasikan diri (koalisi) potensi berubah tapi kecil. Sementara yang belum menentukan seperti Golkar dan PAN itu kemungkinan berubahnya ke mana sangat besar,” jelas Arya.

Pun, dia menilai ada beberapa faktor yang menyebabkan parpol masih belum ‘ajeg’ untuk koalisi di Pilpres 2024. Ia bilang, partai-partai hingga saat ini masih saling melihat kemungkinan untuk menentukan koalisi dengan sejumlah variabel politik.

“Negosiasi kue politik ini yang menjadikan koalisi politik ini tidak kunjung matang karena semua wait and see," tuturnya.

"Dalam teori permainan keputusan atau tindakan action lawan main sangat berpengaruh pada keputusan yang akan diambil oleh pemain lainnya,” ujar Arya.

Ia mengatakan dalam politik pasti dipikirkan elitenya dapat apa saat menang. "Apa yang akan mereka berikan dalam proses menang. Itu yang menjadi tarikan dalam koalisi selain bargaining posisi politik mereka,” lanjut Arya.

Kemudian, dia juga menekankan faktor figur yang diusung juga jadi kunci pendorong parpol untuk memberikan dukungan politik dalam koalisi. Dia tak menafikan parpol terutama di parlemen yang punya tiket memenuhi ambang batas pencalonan presiden.

Namun, menurut dia, dalam koalisi membutuhkan figur yang bisa jadi magnet suara dalam kompetisi Pilpres 2024.

“Partai bisa kuat tapi figurnya belum kuat jadi centre of gravity dari koalisi untuk mendekat. Jika ada figur kuat, elektabilitas menjadi pusat gravitasi untuk menarik partai,” ujarnya.

Dia mengatakan, figur kuat ini jadi pusat bangunan koalisi 2024. Kata dia, hal itu berpengaruh terkait figur capresnya.

"Keterpilihannya seperti apa, logistiknya seperti apa cukup untuk menang melebihi atau kekurangan, variabel itu yang menjadi basis partai berkoalisi untuk siapa,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya