Kritik Jokowi, SBY Contohkan Cawe-cawe Positif: Selesaikan Kericuhan 'Cicak Vs Buaya'

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono
Sumber :
  • Twitter Ossy Dermawan @OssyDermawan

Jakarta - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY menyoroti sikap cawe-cawe yang dilakukan Presiden RI Jokowi. Dalam tulisan panjang yang dituangkan ke buku 'Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi', SBY contohkan cawe-cawe positif dan negatif.

KPK Supports Democratic Rights of Detainees in Upcoming Local Election

Dari beberapa contoh yang diulasnya, SBY menyinggung pengalamannya saat menyelesaikan perseteruan Polri vs KPK yang dikenal Cicak vs Buaya pada 2009 silam. Dia mengaku peristiwa ini dialaminya langsung saat masih menjabat Presiden ke-6 RI. Menurut dia, sebagian publik pasti ingat dengan polemik Cicak vs Buaya.

"Sebagian pasti masih ingat. Kalau meminjam istilah cawe-cawenya Pak Jokowi, yang saya lakukan dulu mungkin juga termasuk cawe-cawe yang berkonotasi positif," kata SBY, dalam tulisan di buku itu yang dikutip pada Selasa, 27 Juni 2023.

Ucapan Selamat Jokowi setelah Khofifah-Emil Menang Versi Quick Count

Dia menceritakan, benturan antara kedua lembaga penegak hukum tersebut memang keras. Dia bilang benturan dua lembaga itu menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan publik.

10 Tahanan KPK Ikut Nyoblos Pilgub Jakarta 2024, Siapa Saja?

SBY mengatakan saat itu sikap elite berbeda-beda. Ada yang saat itu mendesak dan menyalahkan dirinya selaku Presiden RI.

"Sambil menyalahkan saya, agar Presiden segera mengambil alih persengketaan itu dengan arah “membela KPK” dan “menyalahkan Polri”. Ada juga yang tidak setuju kalau Presiden melakukan campur tangan karena penegakan hukum bukan kewenangan Presiden," jelas SBY.

Menurut SBY, di antara elite yang tidak setuju itu khawatir jika dirinya menggunakan instrumen hukum untuk kepentingan politik. SBY pun akhirnya memutuskan dan melakukan tindakan untuk menengahi sengketa itu agar segera selesai dan tidak makin menjadi-jadi.

"Saya mengundang Ketua KPK dan Kapolri untuk secara intensif segera menyelesaikan kericuhan ini," ujarnya.

Kata dia, selama 2 hari 2 malam, secara maraton dibuat langkah-langkah konkret untuk menormalisasi hubungan baik kedua lembaga tersebut. "Yang alhamdulillah kedua pejabat penting tersebut sepakat dan melakukan langkah-langkah yang saya sampaikan," jelas SBY.

Ketua KPK Abraham Samad, Presiden SBY, Kapolri Jenderal Timur Pradopo

Photo :
  • Rumgapres/Abror Rizki

Pun, dia menambahkan ada peristiwa yang jadi catatan dalam ingatannya saat proses penyelesaian sengketa Cicak vs Buaya secara maraton. Kata SBY, ketika itu ada unjuk rasa besar yang massa pendemo membawa spanduk 'mengolok-olok' dirinya.

"Di Jakarta ada unjuk rasa yang lumayan besar dengan membawa spanduk KPK (Ke Mana Presiden Kita). Tetapi saya tidak berang, karena lebih baik saya hemat bicara dulu agar kerja yang saya lakukan tidak gagal," tutur eks Ketua Umum Demokrat tersebut.

Kemudian, singkat cerita, benturan Polri vs KPK akhirnya dapat diakhiri. Tapi, SBY merasa tak
melampaui kewenangan yang dimilikinya sebagai Presiden RI.

"Saya tidak masuk wilayah hukum yang menjadi kewenangan penegak hukum (penyelidik, penyidik, penuntut dan pemutus tuntutan). Berarti saya tidak melakukan abuse of power," tulis SBY.

"Juga tidak melanggar konstitusi dan undang-undang. Saya pikir ini termasuk cawe-cawe yang positif. Positive intervention," sebut SBY.

 

Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan di Gedung Dewas KPK

KPK Ungkap Barang yang Dikembalikan Menag Nasaruddin Umar ke KPK Diduga Gratifikasi

Menteri Agama RI Nasaruddin Umar lewat Tenaga Ahli Kemenag RI telah mengembalikan sebuah barang yang diduga hasil gratifikasi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024