Gus Yahya: Pemilu Cuma Prosedur, Bukan Mau Bertarung Hidup Mati

Gus Yahya Cholil Staquf
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Surabaya – Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) Yahya Cholil Staquf mengungkapkan ada sejumlah kriteria sosok yang dapat menjadi presiden Indonesia selanjutnya.

Presiden Korsel Hadapi Tuntutan Pemakzulan Setelah Deklarasi Darurat Militer

"Yang cerdas, yang bijaksana, yang takut kepada Tuhan, dan mengasihi rakyatnya," kata Gus Yahya, sapaannya, usai membuka kegiatan Sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) 2023 di Surabaya, Kamis, 15 Juni 2023.

Mengenai sikap NU pada tahun politik ini, Gus Yahya menyatakan kembali pada warisan peradaban yang harmoni dan toleransi. "Jangan ribut, ini cuma prosedur saja kok. Kita bukan mau bertarung hidup mati soal presiden kok," katanya.

Buntut Kekacauan Darurat Militer, Oposisi Desak Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Mundur

Dua siswa Sekolah Menengah Atas memperhatikan gambar partai politik peserta pemilu 2019 di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat, Bandung, beberapa waktu lalu (Foto ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Dalam agenda IIDC 2023 itu, ia juga mengatakan bahwa saat ini NU ingin membangkitkan ingatan kolektif terhadap warisan peradaban yang pernah dimiliki oleh masyarakat di kawasan Indo-Pasifik yang dulu berhasil dikonsolidasikan pada masa Ashoka.

Pakar Nilai Partisipasi Pemilih Pilkada 2024 Turun dibanding Pemilu karena "Voters Fatigue"

"Maka, kami menawarkan apa yang kami sebut pendekatan Ashoka, atau Ashoka approach. Itu pendekatan untuk melakukan kampanye dan konsolidasi nilai-nilai peradaban mencakup kawasan yang luas di kawasan Indo-Pasifik ini, yang isi subtansinya dari nilai-nilai peradaban itu, adalah toleransi dan harmoni," katanya.

Karena, menurutnya, sesudah masa itu, ada banyak disrupsi dan pengaruh-pengaruh baru yang sebagian memicu disharmoni.

Oleh karena itu, ia mengajak untuk menghidupkan kembali watak, semangat toleransi dan harmoni dari masyarakat kawasan Indo-Pasifik yang dulu pernah dimiliki.

Anggota KPPS mengecek surat suara saat sesi penghitungan suara Pemilu serentak 2019. (Foto ilustrasi)

Photo :
  • ANTARA FOTO/Andika Wahyu

"Mari kita bangkitkan kembali, supaya ini menjadi basis konsolidasi di kultural untuk kemudian kita tawarkan kepada pelaku-pelaku politik, aktor-aktor politik, untuk dijadikan political brand, sebagai konsolidasi politik, menuju lahirnya peradaban baru," ujarnya. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya