Banyak Bule Bermasalah di Bali, DPR Ingatkan Jangan Sampai Jadi Bom Waktu

Turis memadati kawasan Pantai Canggu, Badung, Bali,. Warga dan wisatawan dari berbagai negara terpantau mengunjungi objek wisata yang sebenarnya masih ditutup dari kunjungan wisatawan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/

VIVA Politik – Kelakuan warga negara asing (WNA) yang berulah memantik masalah dapat sorotan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Komisi I DPR mengingatkan banyak bule bermasalah di Bali jangan sampai nanti jadi bom waktu.

Kesaksian Tertulis Saksi Ahli Diduga Disiapkan Jaksa, DPR Minta Kejagung Transparan dan Profesional

Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani menyampaikan demikian karena dikhawatirkan yang terjadi di Bali hanya jadi bom waktu. Kata dia, jika tak segera diatasi bisa menjadi gangguan dalam konteks kedaulatan negara.

Ia menyinggung banyak kelakuan bule yang membuat resah dengan warga setempat karena merasa tak takut dan berbuat seenaknya.

Niat Adukan Kasus, DPR Bilang Persoalan Jaksa Jovi Masalah Sepele

"Kami amati juga makin banyak turis yang berulah menimbulkan keresahan dan gesekan dengan warga lokal. Ada yang menyampaikan seakan-akan warga negara tertentu tengah membangun kerajaannya di Bali. Ini tidak sehat," kata Christina, dalam keterangannya, Senin, 29 Mei 2023.

Dia mengatakan meski Bali tempat wisata dan siap menerima siapa pun tapi tetap diperhatikan terkait kepentingan kedaulatan negara.

Bule Rusia Dideportasi, Overstay hingga Tak Bayar Tagihan RS Rp 33 Juta di Bali

Anggota Komisi I DPR RI, Christina Aryani

Photo :
  • DPR RI

Baca Juga: Tak Terima Ditegur Gegara Nge-Vape di Ruang AC, Bule Rusia Tengil Aniaya Satu Keluarga WNI

Pun, Christina heran dengan banyak bule di Bali yang nyambi bekerja untuk kepentingan bisnis. Kondisi itu melanggar aturan karena mereka datang ke RI hanya berbekal visa turis. 

Dia menyindir penerapan aturan yang terkesan kurang tegas. Lalu, ia menyoroti maraknya WNA mengambil alih pekerjaan warga lokal juga diakibatkan kurangnya kontrol dan pengawasan.

Christina menambahkan bukan tak mungkin apa yang terjadi di Bali saat ini dengan maraknya WNA menetap dan mencari penghidupan bisa menjadi isu serius dikaitkan dengan kedaulatan negara.

"Yang tidak tepat selain menabrak aturan keimigrasian, isu pentingnya adalah pengambilalihan lapangan pekerjaan padahal apa yang dikerjakan WNA ini bukan special skill yang tidak bisa dikerjakan warga lokal. Ini sungguh disayangkan," jelas politikus Golkar tersebut.

Lebih lanjut, dia merujuk temuan di lapangan bahwa WNA sampai melakukan pekerjaan rental kendaraan, salon, fotografer. Lalu, jenis pekerjaan lainnya yang sebenarnya bisa dikerjakan warga setempat.

"Kami bukan tidak menginginkan investasi luar masuk, justru kami sangat mendukung tentunya sesuai regulasi yang ada. Isu kami lebih terkait pekerjaan-pekerjaan yang dirambah WNA yang bukan special skill sehingga sesungguhnya bisa dikerjakan warga kita," kata Christina.

Terkait maraknya bule nyambi kerja sampai geser mata pencaharian warga di Bali, ia menekankan persoalan ini tak hanya selesai pada urusan keimigrasian dan ketenagakerjaan. Namun, perlu juga menyangkut diplomasi antar negara.

Menurut dia, Pemerintah RI terutama Kementerian Luar Negeri (Kemlu) agar isu ini juga jadi perhatian. Ia bilang caranya bisa melalui Dubes warga asing di Indonesia.

"Bisa dikeluarkan semacam imbauan terkait larangan bekerja tanpa izin untuk warga negaranya di Indonesia khususnya Bali," lanjut Christina. 

"Jadi, kami mendorong dua pihak bergerak, baik pemerintah kita sendiri maupun otoritas negara asal WNA", ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya