Rocky Gerung Sebut RI Butuh Presiden yang Lolos Etikabilitas, Bukan Hanya Elektabilitas
- Supriadi Maud/VIVA.
VIVA Politik – Pakar politik Rocky Gerung memberikan penilaian terkait karakter calon presiden untuk Indonesia selanjutnya. Pengajar Filsafat itu membeberkan bahwa pemilihan calon pemimpin tidak hanya sekadar elektabilitas, tapi juga dengan etikabilitas.
"Sebenarnya negeri ini membutuhkan standar pemimpin yang lolos etikabilitas, tidak berbohong. Itu dasarnya. Tidak mengucapkan hanya yang dia inginkan, kita perlu standar itu," ungkap Rocky saat menjadi narasumber Mimbar Pikiran yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar, di Kampus 1 UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan, (Sulsel), Selasa 23 Mei 2023
Rocky mengatakan, bahwa saat ini para elit politik hanya memprioritaskan elektabilitas survei sehingga mengabaikan etikabilitas. Hal itu, kata Rocky, tentu tidak sejalan dan tidak sesuai standar pemimpin yang diinginkan.
Apalagi, menurut dia, sejumlah nama yang disinyalir akan menjadi Calon Presiden (Capres) telah bermunculan untuk bertarung di Pemilihan umum (Pemilu) 2024 nantinya.
"Jadi untuk pemimpin selanjutnya memang harus lolos uji intelektualitas. Karena ke depan mereka harus bisa melakukan negosiasi dan kesepakatan politik luar negeri memberikan pengaruh bagi dunia," ungkapnya
Pengajar Filsafat kelahiran Manado itu beranggapan bahwa jika sudah memenuhi standar etikabilitas dan intelektualitas, maka pemimpin tersebut baru bisa diuji dengan elektabilitas.
"Ketiga atau yang terakhir itu elektabilitas. Jadi Presiden-presiden ini harus kita uji dengan tiga standar tadi, etikabilitas, intelektualitas dan terakhir itu elektabilitas," terang Rocky.
Di tempat yang sama, Ketua Prodi Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar Syahrir Karim juga membeberkan kriteria calon pemimpin untuk Pemilu 2024 nantinya. Dosen Ilmu Politik itu berharap setiap calon pemimpin nantinya harus dipenuhi dengan beragam ide serta perspektif agar demokrasi di Indonesia tidak terasa hampa.
"Demokrasi tanpa ide hampa rasanya. Demokrasi itu harus dibangun dengan ide, demokrasi itu harus dibangun dengan gagasan. Sekarang ini harus dibangun sebuah proses yang namanya berpolitik gagasan," katanya
Lebih lanjut, Syahrir juga berharap agar nantinya kampus bisa menjadi tempat untuk memulai secara serius diskursus politik gagasan tersebut.
"Saya kira kampus adalah laboratorium ilmiah di mana kita bisa berbagi ide, berbagi gagasan dan ruang kita untuk saling debat," terangnya.