Fahri Hamzah: Mayoritas Ketua KPK Berakhirnya Gak Baik, Hanya Ruki yang Berakhir Baik

Fahri Hamzah, Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora
Sumber :
  • Media Center DPN Gelora Indonesia

VIVA Politik - Figur kandidat calon presiden atau capres yang sudah bermunculan sekarang diminta untuk membicarakan cara pemberantasan korupsi. Capres mestinya bukan cuma hanya bisa ngomong cara memberantas korupsi dengan memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Capim Michael Rolandi Setuju UU KPK Direvisi Supaya Tidak Satu Rumpun dengan Eksekutif

Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah. Mantan Wakil Ketua DPR itu menantang para capres yang sudah dideklarasikan parpol untuk mulai membicarakan cara pemberantasan korupsi. 

"Seharusnya capres-capres ini mulai ngomong itu. Kalian bisa memberantas korupsi nggak?” kata Fahri, dalam keterangannya, Selasa, 18 April 2023.

Khawatir Ada Kebocoran Anggaran, Capim Poengky: KPK Harus Awasi Pasca Pilkada 2024

Dia sesumbar jika dirinya dapat kesempatan jadi Presiden RI, maka dalam kurun waktu setahun korupsi bisa diberantas. Bagi Fahri, penting para kandidat capres  juga mulai membicarakan soal cara memberantas korupsi. “Kalau saya presiden, setahun kubur itu korupsi bisa," ujar eks politikus PKS tersebut.

Gedung KPK (Foto Ilustrasi)

Photo :
  • KPK.go.id
Penjelasan Capim Fitroh soal Revisi UU KPK yang Dianggap Melemahkan

Pun, Fahri menyoroti ketidakstabilan di KPK sejak dulu hingga sekarang. Ia menyinggung KPK sebagai lembaga terpercaya negara tapi dengan pemimpin yang tidak beres-beres.

Dia mengatakan kondisi itu membuat mayoritas pemimpin di KPK berakhir dengan tidak baik. Fahri bilang hanya KPK era kepemimpinan Taufiequrachman Ruki yang berakhir dengan baik.

"Semenjak masa kepemimpinan Taufiequrachman Ruki sebagai ketua KPK pertama berakhir, pimpinan KPK selebihnya berakhir tidak baik. Jadi, setahu saya, mayoritas ketua KPK itu berakhirnya gak baik. Setahu saya hanya pak Ruki yang berakhir dengan baik," jelas Fahri.

Fahri juga menanggapi polemik di KPK seperti Firli Bahuri yang dituntut mundur dari posisinya. Ia menilai jangan hanya Firli Bahuri saja, tetapi pemimpin KPK lainnya juga dipastikan ada masalah.

"Kita jangan bilang Firli. Ini semuanya ada masalah ini. Permasalahan yang terjadi pada para ketua KPK setelah habis masa jabatan, Taufiequrachman Ruki pada 16 Desember 2007. Mulai dari Antasari Azhar yang dipenjara terkait pembunuhan sampai masuk bui," ujarnya.

Lebih lanjut, dia menyinggung mantan pimpinan KPK seperti Bambang Widjojanto (BW) dan Abraham Samad, yang statusnya sampai tersangka. Dia merasa resah dan perlu berpikir objektif dalam mengkritisi

"Jadi, ini coba kita agak objektif sedikitlah. Saya itu agak apa ya, main otot itu udah gak zaman gitu loh. Terlalu banyak persekongkolan yang belum terungkap di KPK," ujar Fahri. 

Dia mengkritisi KPK seperti demikian karena sebagai salah satu lembaga penegak hukum yang punya peran penting dalam pemberantasan korupsi. "Mengingat KPK adalah lembaga yang memiliki hak yang dan kekuasaan yang cukup besar dalam negara," tutur Fahri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya