Partai Garuda Soroti Isu Utang Negara Mulai Muncul Jelang Pemilu: Itu Bukan Aib

Penghitungan surat suara Pemilu 2019 (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Politik - Jelang pemilu, narasi serangan politik terkait utang negara mulai bermunculan. Cara itu dinilai sebagai serangan dari orang dan kelompok yang miskin gagasan.

Punya Feeling Seperti di Pilpres, Bahlil Yakin Ridwan Kamil Menang Pilkada Jakarta

Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum DPP Partai Garuda Teddy Gusnaidi. Menurut dia, jelang pemilu, mulai bermunculan lagi serangan-serangan terkait utang negara oleh orang dan kelompok yang miskin gagasan. Dia bilang cara itu untuk mendapatkan perhatian publik untuk mengeruk suara.

"Yang tentu tujuannya untuk mendapatkan perhatian publik, jualannya jualan pro rakyat, agar bisa menjabat," kata Teddy, dalam keterangannya, Senin, 17 April 2023.

Budi Gunawan Minta Usulan KPU jadi Badan Ad Hoc Dikaji Lebih Dalam

Teddy mengatakan negara berutang itu bukan aib. Ia mengatakan demikian karena negara adidaya dan maju pun berutang.

"Negara berutang itu bukan aib, bahkan negara-negara adidaya, negara-negara yang maju pun berhutang, jumlahnya pun gila-gilaan," jelas Teddy.

Wakil Mendagri: Sistem Politik atau Sistem Pemilu Indonesia Boros

Wakil Ketua Umum Partai Garuda Teddy Gusnaidi

Photo :
  • Istimewa

Bagi dia, negara berutang itu merupakan hal biasa karena punya tujuan. 
 
"Tinggal manfaatnya, apakah hutang itu dipergunakan untuk kemaslahatan atau tidak, itu saja, jadi bukan soal berutangnya," ujarnya.

Pun, dia menjelaskan, negara RI sudah pernah mengalaminya dengan rezim yang berutang. Namun, tak kelihatan apa hasil dari utang tersebut.

"Yang ada malah menimbulkan kerusakan di mana-mana. Baik secara infrastruktur, ekonomi maupun secara sosial masyarakat, sehingga menjadi beban pemerintah setelahnya," tuturnya. 

Dia bilang imbas utang yang tak dimanfaatkan, rezim setelahnya harus memperbaiki berbagai kerusakan. Selain perbaiki, harus normalkan keadaan sekaligus membuat progress pembangunan kedepan. 

Lebih lanjut, dia meminta agar narasi-narasi serangan politik soal utang negara dihentikan. Sebab, siapapun yang memimpin pasti akan berutang.

"Apalagi jika dinarasikan oleh orang-orang yang dulu ikut terlibat dalam rezim yang berhutang tapi tidak kelihatan hasilnya, malah membuat kerusakan di negara ini," kata Teddy.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya