Pidato Lengkap Eks Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum Usai Bebas
- VIVA.co.id/Adi Suparman
VIVA Politik – Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum telah menghirup udara bebas dari Lapas Sukamiskin, Jawa Barat pada Selasa, 11 April 2023. Hingga bebas hari ini, Anas mengaku terkurung dibalik jeruji besi selama 9 tahun 3 bulan.
Begitu keluar, Anas terlihat memakai baju putih lengan panjang, celana jeans biru sambil menggendong tas warna hitam. Kemudian, Anas diberikan kesempatan berpidato yang didampingi Kepala Lapas Kelas IA Sukamiskin, Kunrat Kasmiri. Berikut pidato lengkap Anas Urbaningrum usai menghirup udara bebas dari Lapas Sukamiskin:
Salam sejahtera untuk kita semua, salam keadilan, salam Indonesia.
Alhamdulillah, hari ini 11 April 2023, dengan diantar oleh Kepala Sekolah saya, Pak Kalapas Kelas IA Sukamiskin, Kunrat Kasmiri, kita semua. Saya dapat berdiri di tempat ini untuk mengikuti program yang sudah disampaikan oleh Pak Kalapas, yakni cuti menjelang bebas untuk tiga bulan kedepan.
Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada Pak Kalapas dan seluruh jajaran yang selama ini sudah istilahnya membina saya dan kami semua yang ada di dalam sampai pada masing-masing pada titik bebas atau merdeka. Itu satu hal yang tidak mungkin saya lupakan.
Kedua, terima kasih kepada teman-teman, sahabat-sahabat yang hadir. Saya harus menyebut beberapa diantaranya Saan Mustopa tambah glowing, sahabat saya dan adik-adik PB HMI, ada adik-adik Cipayung, dan tentu saja di belakang saya wajahnya sangat dikenal, ini sahabat saya Gede Pasek Suardika dan banyak yang lain. Pokoknya banyak dari mana saja.
Saya sungguh terima kasih karena kehadiran saudara-saudara sekalian di halaman Lapas Sukamiskin ini, buat saya bukan memposisikan saudara-saudara saya ini pada tempat di halaman hati saya. Tapi semuanya yang hadir disini maupun yang tidak hadir dengan mengirimkan doa kepada Tuhan, mengirimkan harapan semuanya, saya yakin ada di dalam relung-relung hati yang terdalam.Â
Karena di dalam relung hati terdalam itulah kita punya ikatan hati, ikatan batin, ikatan rasa dan merasa kita ini bukan individu-individu yang bergerak sendiri-sendiri, tapi sebagai komunitas perjuangan.
Ketiga, terima kasih kepada teman-teman wartawan yang dengan sabar dan agak susah payah berada di tempat ini. Karena tempat ini bukan favorit buat wartawan, tapi Alhamdulillah bisa berkumpul di tempat ini.
Selain terima kasih, saya ingin menyampaikan permohonan maaf. Pertama, mohon maaf kalau ada yang berpikir bahwa saya di tempat ini mati membusuk. Kalau ada yang berpikir saya di tempat disini menjadi bangkai fisik dan bangkai sosial, minta maaf bahwa itu Alhamdulillah tidak terjadi.Â
Alhamdulillah, dengan dukungan keluarga, dukungan teman-teman, dukungan para sahabat, saya tetap bisa hadir hidup tegak berdiri. Bukan hanya hidup menurut saya, saya hadir disini dengan sadar, sehat dan waras.
Kedua, saya juga mohon maaf kalau ada yang berpikir bahwa dengan waktu saya agak lama disini terhitung hari ini berarti 9 tahun 3 bulan, waktu yang cukup lama, itu hampir 2 periode Pak Saan di DPR, mohon maaf kalau ada yang berpikir dengan wktu yang lama itu kemudian bisa memisahkan saya dengan sahabat-sahabat saya seperjuangan.Â
Mohon maaf kalau ada yang berpikir, bahwa bisa memisahkan saya dari gerak hidup dan denyut nadi Indonesia yang kita cintai. Karena ikatan batin, ikatan rasa, ikatan nilai, ikatan spirit semangat, ikatan komitmen dan ikatan keberanian untuk terus melangkah maju itu akan membuat yang berpikir seperti itu, mohon maaf seperti tidurnya di siang hari, tidurnya di siang bolong. Jadi sungguh saya mohon maaf.
Saya juga mohon maaf, kalau ada yang menyusun skenario besar bahwa dengan saya dimasukkan dalam waktu yang lama di tempat ini menganggap bahwa Anas sudah selesai. Skenario boleh besar, boleh kuat, boleh hebat, tapi sehabat apapun, sekuat apapun, serinci apapun, skenario manusia tidak akan mampu mengalahkan skenario Tuhan.
Wamakaru wamakarullah wallahu khoirul maakirin.
Dengan begini saya ingin mengatakan kepada kita semua, bahwa saya ingin berpikir kedepan. Kedepan itu juga sekaligus permohonan maaf. Mohon maaf kalau ada yang berpikir saya keluar, merdeka, bebas ini kemudian mendatangkan atau melahirkan permusuhan atau pertentangan, saya katakan mohon maaf, tidak.Â
Saya tidak ada kamus pertentangan permusuhan. Tetapi kamus saya adalah perjuangan keadilan. Andai dalam perjuangan keadilan itu ada yang merasa termusuhi, mohon maaf bukan karena saya hobi permusuhan tapi itu konsekuensi perjuangan keadilan. Jadi hati saya, sikap saya adalah sikap persaudaraan, sikap persahabatan. Itu ingin saya garis bawahi.
Mohon maaf saya ingin menyampaikan hal-hal lain, saya menduga Pak Kalapas sudah capek mendengarkan. Jadi kita lanjutkan nanti di tempat berikutnya, tentu beliau tugasnya sampai disini.Â
Karena itu, dalam tradisi para aktivis saya ingin sampaikan yang terakhir. Dalam tradisi para aktivis, pertandian kompetisi itu hal biasa. Kami para aktivis itu diajarkan sejak kecil, sejak bayi sebagai aktivis. Tapi buat saya pertandingan itu dalam konteks demokrasi pertandingan yang jujur, fair terbuka dan objektif.Â
Pertandingan yang terbuka, jujur dan objektif, tidak boleh menggunakan pihak lain, tidak boleh pertandingan pakai teknik lama nabok nyilih tangan. Itu pertandingan yang jujur. Kalau tidak ada pertandingan yang jujur, sesungguhnya buat para aktivis tidak tertarik untuk ikut pertandingan. Itulah yang ingin saya sampaikan.
Mudah-mudahan hari ini menjadi titik langkah saya dan kita semua untuk tetap mencintai negeri ini. Kita semua para aktivis tidak mungkin diceraikan, tidak mungkin dipisahkan kecintaan kita kepada negeri ini, kepada Indonesia, tidak mungkin kita diceraikan dengan komitmen kita untuk Indonesia kedepan lebih baik, tidak mungkin kita semua bisa dipisahkan dengan semangat untuk memberikan kontribusi dan bakti untuk negeri yang kita cintai ini.Â
Mudah-mudahan negeri ini makin maju, berkembang menjadi negeri baldatun thoyyibatun warobbun ghofur. NKRI yang makmur, maju, bersatu dan rakyatnya sebanyak mungkin menikmati janji-janji kemerdekaan.Â
Inilah terima kasih dan mohon maaf, jika ada yang kurang berkenan. Sekali lagi, saya ingin terakhir memekikkan 45. Boleh ya Pak? Merdeka! Merdeka! Merdeka! Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Hidup Kalapas.