Cerita Kocak Yusril Ihza Mahendra soal Gus Dur Salah Mengira Kakeknya Orang NU
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Politik – Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra punya cerita kocak tentang presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ketika dahulu dia dipercaya menjadi menteri kehakiman dan hak asasi manusia pada 2001.
Gus Dur, kata Yusril, cukup tahu bahwa dia anak didik pahlawan nasional sekaligus tokoh Partai Masyumi, Mohammad Natsir, yang secara ideologis dan politis bertentangan dengan Nahdlatul Ulama (NU). Namun, Gus Dur sempat mengira bahwa sesungguhnya Yusril berlatar belakang NU karena keluarganya, terutama kakeknya, di Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung, merupakan warga NU.
Selain itu, Yusril juga mengakui, dia banyak belajar dari kelemahan Natsir yang dia anggap kurang mampu mendekati kiai-kiai NU sehingga dahulu terjadi perseteruan hebat antara NU dengan Masyumi. Dia berterus terang lebih banyak berinteraksi dengan kiai-kiai NU dan mempelajari tradisi-tradiri organisasi yang didirikan Hasyim Asy'ari itu.
"Jadi, saya barangkali lebih bisa diterima oleh kalangan NU [daripada Natsir]," katanya dalam wawancara eksklusif VIVA pada program The Interview di Jakarta pada 22 Maret 2023.
"Gus Dur sendiri bilang, 'Ini Yusril ini, katanya, jangan diledek-ledekin; disuruh baca talqin (doa kalimat tahlil kepada seseorang yang sedang sakaratul maut) di-talqin-in bener sama dia," katanya.
"Yusril ini," katanya mengutip Gus Dur lagi, "kakeknya itu NU banget. Tapi, Yusril segera mengoreksi, kakeknya maupun dia tidak pernah menjadi warga NU tetapi amalan-amalan ibadahnya sama dengan NU. "Kakek saya tidak pernah jadi anggota NU tapi amalan-amalan agamanya seperti kiai NU di Jawa."
Dia juga mengingat, ketika dahulu masih kanak-kanak, kakeknya memerintahkan menghafal Matan Alfiyyah, ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab dan mesti diajarkan di pesantren-pesantren NU. Namun, meski menghormati sang kakek, dia menolak menghafal itu karena itu pelajaran tata bahasa yang tak perlu dihafalkan.
Sekarang, kata Yusril, dalam bidang politik, dia merasa nyaris tak ada masalah atau halangan untuk berkomunikasi dengan NU maupun partai politik yang berlatar belakang NU, misalnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Karena itu pulalah, dia mengingatkan, beberapa waktu lalu dalam safari politiknya dia bertemu dengan Ketua Umum PKB dan Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono. Mereka telah saling mengenal dan tidak batasan untuk bersilaturahmi bahkan termasuk berbicara tentang politik praktis.