Berpengalaman di Pemerintahan dan Hafal Seluk Beluk Istana, Yusril Isyaratkan Siap Maju Capres
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Politik – Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra berterus terang sedang meladeni dukungan sekaligus tantangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar dirinya maju sebagai calon presiden pada pemilu tahun 2024 asalkan mampu menggalang cukup dukungan partai politik.
Yusril tak memungkiri, menggalang dukungan partai politik sekurang-kurangnya setara 20 persen kursi parlemen sebagai prasyarat pencalonan presiden memang bukan perkara mudah. Tetapi, katanya, kalau dari segi kapasitas dan pengalaman politik dan pemerintahan, dia mengaku cukup siap.
Mula-mula, dia mengingatkan, dalam konteks pencapaian seseorang dalam bidang politik, termasuk menjadi presiden atau raja, tidak melulu karena faktor dukungan politik, apalagi secara normatif harus sekian persen.
"Dalam kisah-kisah lama, penyamun saja bisa jadi raja," katanya, bertamsil, dalam wawancara eksklusif dengan VIVA pada program The Interview di Jakarta pada 22 Maret 2023.
"Tapi maksud saya adalah bahwa kalau dari segi riwayat pribadi, saya, barangkali, dari segi pengalaman, pengetahuan, pendidikan, dan lain-lain itu, memang arahnya ke situ," ujarnya.
Dia bercerita kali pertama bersentuhan dengan dunia politik pemerintahan pada tahun 1992 sampai 1998, ketika menjadi penulis naskah pidato presiden Soeharto. Dalam masa itu dia juga terlibat dalam rapat-rapat kabinet presiden Soeharto dan menyiapkan dokumen-dokumen kenegaraan.
Karier politik Yusril malah kian cemerlang setelah Soeharto lengser dan digantikan oleh presiden B.J. Habibie. Dalam masa pemerintahan Habibie, Yusril kembali menjadi penulis naskah pidato presiden.
Kemudian menjadi menteri hukum dan perundang-undangan pada masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), menjabat menteri kehakiman dan hak asasi manusia pada masa pemerintahan presiden Megawati Soekarnoputri, dan menteri sekretaris negara pada masa masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ringkasnya, kata Yusril, dia sudah memahami dan hafal seluk beluk Istana Negara dan politik pemerintahan. "Jadi, kira-kira saya tahu apa yang harus dikerjakan oleh seorang presiden, sebenarnya." Artinya pula, katanya, untuk urusan teknis semacam itu dia tak perlu belajar lagi.
Bagi orang yang bahkan tak pernah masuk Istana Negara kemudian menjadi presiden, katanya, mungkin perlu waktu sedikitnya dua tahun untuk beradaptasi dengan lingkungan Istana. "Saya saya enggak, tahu semua."
Karena alasan itulah, ditambah dukungan terang-terangan Presiden Jokowi, Yusril bertekad untuk menjalankan kerja-kerja politik menggalang dukungan terutama partai politik di parlemen. Dia juga mengaku telah membaca dan menganalisis peta politik nasional yang sesungguhnya masih cair atau dinamis meski telah terbentuk tiga kelompok koalisi, di antaranya Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Koalisi Indonesia Bersatu, dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Tetapi, katanya, ada satu partai politik bakal sangat menentukan konfigurasi politik menyongsong pemilu presiden, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sebab, hanya PDIP-lah satu-satunya partai yang memenuhi syarat presidential threshold 20 persen untuk mengajukan pasangan capres-cawapres.
"Dan kita tahu dari ini, sebenarnya, koalisi-koalisi ini semua masih cair, belum baku, dan semua menunggu kata akhir Bu Mega [untuk] mengumumkan siapa pasangan calon presiden [yang diusung oleh PDIP]," katanya.