Anis Ingin Istana Layaknya Masjid, Pintunya Terbuka Seperti Rumah Rakyat

Anis Matta
Sumber :
  • Partai Gelora

VIVA Politik – Bila selama ini DPR RI dianggap sebagai rumah rakyat, namun Istana yang menjadi tempat Presiden RI berkantor, dinilai harusnya juga menjadi rumah rakyat. Setelah Pemilu 2024, Istana hendak dijadikan rumah rakyat, yang selalu terbuka.

Ridwan Kamil Bersyukur Bisa Ketemu, Kiyai Said Aqil Siradj Puji RK Rajin Ibadah

Setidaknya hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta. Mantan Presiden PKS ini ingin ruh masjid dibawa ke Istana. Dengan begitu, pintunya akan selalu terbuka dan siapa saja bisa masuk ke dalamnya.

"Kita harus mengubah istana itu, sebagai rumah rakyat, jangan cuma DPR saja yang dijadikan rumah rakyat. Rumah rakyat yang paling penting itu adalah Istana," kata Anis, dalam keterangan persnya, dikutip Jumat 24 Maret 2023. Itu disampaikannya dalam Gelora Talk bertajuk 'Ramadhan 1444 H di Tahun Politik, Menggelorakan Spritualitas Bangsa'.

DPR Dorong Audit Dana Hibah Pemilu dan Pilkada Serentak 2024

Dia ingin spirit masjid masuk ke Istana. Sebab, Wakil Ketua DPR RI 2009-2014 itu menilai, perbedaan masjid dan Istana ada pada pintunya. Bila masjid pintunya selalu terbuka untuk siapapun, tapi Istana tertutup dan dijaga ketat.

"Tetapi kenapa sebagain besar kejahatan itu, dilakukan dari istana, bukan dari masjid yang pintunya tidak pernah tertutup. Karena masjid itu punya aura kebajikan, dan orang masuk ke sana itu tujuannya untuk berbuat baik," katanya.

Bawaslu RI Imbau Pengawasan Pilkada Harus Santun dan Riang Gembira

Sementara Istana, lanjut Anis, untuk masuk ke dalam harus diperebutkan kekuasaan itu. Sehingga langsung pintunya ditutup saat orang tersebut berhasil masuk.

"Karena di dalamnya sedang terjadi proses distribusi, sedang bagi-bagi kekuasaan, yang boleh masuk temannya saja, yang lain tidak boleh masuk," papar Anis.

Di tengah persiapan Pemilu 2024 yang sudah berjalan, saat ini juga dunia dilanda krisis dan ancaman perang. Maka menurut Anis, ini harus dimaknai bahwa ke depan Istana tidak boleh tertutup, harus dibuka kepada siapapun untuk bersama-sama masuk ke dalamnya.

"Daripada kita berkelai sebelum masuk Istana, mendingan kita bikin janji. Partai-partai yang ada kita sepakati saja, kalau nanti ada yang masuk ke Istana, pintunya jangan ditutup. Tetap dibuka seperti masjid, dan ajak orang lain masuk Istana," katanya.

Dengan begitu, menurutnya ruh masjid bisa dibawa ke Istana karena sama-sama pintunya terbuka. Dengan begitu, simbol antara Istana dan masjid bisa tersambung.

"Kenapa Masjid Istiqlal itu didirikan dekat Istana Negara, tidak jauh-jauh amat. Itu karena antara masjid dengan Istana itu, semestinya tidak ada jarak," jelas Anis Matta. 

Anis mengingatkan, bahwa DNI Indonesia adalah agama. Hal ini mulai dari penyatuan kesultanan dan seluruh kerajaan di Nusantara ini menjadi republik. Dengan begitu, agama tidak bisa dipisahkan dari politik, seperti halnya masjid dan Istana.

"Jadi fitrahnya Indonesia atau DNA-nya adalah agama. Tetapi, ini sekaligus ini menjadi tantangan bagi partai-partai yang membawa-bawa agama, seharusnya meningkatkan performanya, meningkatkan kualitasnya dan membawa ruh masjid ke Istana. Itulah yang akan diperjuangkan Partai Gelora," jelasnya.

Kesadaran beragama masyarakat saat ini menurutnya meningkat, bersamaan dengan kesadaran politiknya. Tapi bagi dia belum cukup.

Hal itu jelas Anis terlihat pada hasil pemilu 2019. Empat partai Islam di DPR kehilangan 5 kursi dibanding pemilu 2014. Menurutnya, ini karena masyarakat setuju Indonesia harus berasaskan Pancasila, serta diisi dengan nilai-nilai ke-Islaman, bukan berazaskan Islam.

"Jadi masyarakat sekarang sudah bisa membedakan antara performa partai-partai Islam dengan isu agama dalam politik. Kalau negaranya sekuler, maka agama tidak akan diberi ruang sama sekali, sementara DNA Indonesia adalah agama," ungkapnya.

Sedangkan jika ada partai yang mengatakan berazas Islam tidak bisa menjadi pemenang, kesalahan ada pada partai tersebut. Karena DNA Indonesia sejatinya adalah agama, yang tidak bisa dipisahkan dengan politik.

"Memangnya siapa yang bisa membawa bendera agama, bisa membuat Indonesia jadi lebih baik, tidak ada. Rezim di Indonesia jatuhnya juga tidak bagus seperti Bung Karno (Soekarno), Pak Harto (Soeharto), meski keduanya sangat berjasa. Mengenerasilasi itu sangat fatal, menurut saya," tegas Anis Matta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya