Syahganda: Berbahaya Buat Prabowo Kalau Sama Ganjar, Melawan Mainstream

Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Politik - Mencuat wacana duet Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024. Wacana itu mewarnai hiruk pikuk dinamika capres-cawapres 2024.

Aktivis Syahganda Nainggolan menyampaikan berbahaya wacana Prabowo dengan Ganjar. Alasan dia menurutnya duet itu melawan mainstream.

Dia mengatakan demikian karena merujuk pengalaman Prabowo sebagai kontestan di Pilpres 2014 dan 2019. Saat itu, eks Danjen Kopassus itu menggandeng tokoh asal luar Jawa sebagai cawapres.

"Dari sisi Prabowo, ini berbahaya buat Prabowo kalau dia melawan suatu mainstream. Di mana selama ini, dia mantan jenderal. Dia itu berpikir tentang wawasan nusantara. Dua kali dia mencalonkan diri, dia ambil dari Jawa," kata Syahganda dalam Catatan Demokrasi tvOne yang dikutip VIVA, Rabu, 15 Maret 2023.

Menhan Prabowo Subianto (tengah) bertemu dengan Ganjar Pranowo di Kebumen.

Photo :
  • Twitter @ganjarpranowo

Syahganda menyebut di 2014, Prabowo memilih tokoh asal Sumatera Selatan Hatta Rajasa sebagai cawapres. Lalu, di 2019, Sandiaga yang berasal dari Gorontalo, Sulawesi.

Dia menyinggung juga saat Prabowo maju sebagai cawapres dengan Megawati Soekarnoputri capres di 2009. "Nah, kalau dia sama Muhaimin itu masih bisa diterima karena ada perbedaan ideologis. Islam, nasionalis," tutur Syahganda.

"Kalau dia sama Ganjar, itu dua-duanya merusak bangsa Indonesia," lanjut Syahganda.

Deddy PDIP Marah, Prabowo Diperlakukan Tak Pantas Buat Dukung Kandidat Pilkada

Syahganda membandingkan dengan pemilihan di Amerika Serikat (AS) yang tidak boleh capres dan cawapres dari satu provinsi.

"Di Amerika itu syarat pemilihannya itu harus beda bagian, kalau kita provinsi. Ini bahaya," ujarnya.

Presiden Prabowo Bakal Segera Umumkan Pahlawan Nasional 2024

Pun, dia menambahkan, Prabowo saat bersama Megawati di 2009 itu Prabowo cuma mencapai 4,9 persen. Kata dia, Prabowo dan Megawati sama-sama memiliki ideologis nasionalis.

Namun, menurutnya berbeda untuk Prabowo saat 2014 dan 2019.

Prabowo Ajak Warga Jakarta Pilih RK-Suswono, Elite PKS: Itu Tidak Kampanye, Masih Aman Lah

"Pada saat dia didukung kelompok Islam tahun 2014 dia naik 11,4 persen partainya. Didukung lagi 2019 naik lagi ke 13 persen. Artinya Prabowo meroket karena mengkombinasikan nasionalis dan religius, Ini catatan buat diskusi kita," tutur Syahganda.

Presiden Prabowo Bilang Sistem di Pilkada Sudah Baik, Kalau Ada Kekurangan Diperbaiki

Presiden Prabowo Subianto, menilai pelaksanaan pemilu seperti pilkada serentak 2024, sudah berjalan baik. Mengingat, sudah beberapa kali pesta demokrasi pilkada, digelar.

img_title
VIVA.co.id
27 November 2024