Cerita Yusril 'Ditawari' Nurcholish Madjid Gabung PDIP: Nggak Mungkin Saya Masuk

Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra.
Sumber :
  • YouTube Indonesia Lawyers Club.

VIVA Politik - Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra menceritakan alasan dirinya yang masih bertahan di Partai Bulan Bintang (PBB). Padahal, Yusril mengaku beberapa kali ditawari gabung ke partai politik lain seperti PDI Perjuangan (PDIP).

Gerindra jadi Partai Politik Paling Informatif, Ungguli PKS hingga PDIP

Ketua Umum DPP PBB itu membagikan pengalamannya dalam acara Indonesia Lawyers Club dengan tema ‘Debat Sistem Pemilu: PDIP vs Demokrat/Pilih Wakil Rakyat atau Kucing dalam Karung?’

Yusril awalnya menjelaskan orang memilih bergabung ke partai itu karena program dan ideologisnya. Dia menepis tak ada istilah partai terbuka atau tertutup. 

Kelakar Gibran Senasib dengan Ketua Pemuda Katolik, Sama-sama Baru Dipecat Partai

Menurut dia, hanya orang yang setuju dengan ideologi parpol itu maka dia berkesempatan masuk dan bergabung. Sebab, sulit bagi seseorang bergabung jika tak setuju dengan ideologi parpol yang diinginkannya.

Pun, dia menyoroti dalam sistem rekruitmen pemilu terbuka ada caleg yang tak pernah dikader dan tak tahu ideologi perjuangan partai. Namun, caleg yang tak dikader parpol itu justru dapat nomor satu di surat suara. 

Dipindah Tahanan ke Filipina, Mary Jane Ucapkan Terima Kasih kepada Prabowo dan Yusril

Ia bilang hal itu yang jadi kekhawatiran Ketua Umum DPIP Megawati Soekarnoputri yang setuju dengan sistem pemilu proporsional tertutup.

"Itu lah sebenarnya yang jadi kekhawatiran Ibu Megawati dan termasuk saya," kata Yusril dikutip pada Selasa, 28 Februari 2023.

Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra.

Photo :
  • YouTube Indonesia Lawyers Club.

Yusril menyebut figur Megawati sebagai anak biologis dan ideologis dari Soekarno atau Bung Karno. Adapun, dirinya merupakan anak ideologis dari tokoh Masyumi sekaligus eks Perdana Menteri Indonesia Mohammad Natsir. 

"Saya bukan anak biologis, tapi anak ideologis iya. 18 tahun saya bekerja dalam satu ruangan dengan Mohammad Natsir, Syafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap. Tiga orang tokoh Masyumi dan tiga-tiganya perdana menteri," tutur Yusril.

Dia mengaku paham dengan pemikiran tiga tokoh Masyumi tersebut. Maka itu, kata Yusril, dirinya dari dulu sampai sekarang berada di PBB. 

"Jadi, mengapa saya dari dulu PBB walaupun partainya kecil, tetap saja saya PBB. Saya tidak pernah pindah ke partai lain. Ditawarin, tapi saya nggak mau," tuturnya.

"Karena partai itu ada ideologinya, ada programnya. Tidak mungkin saya masuk ke partai yang lain," sebut Yusril.

Dia pun menceritakan saat cendekiawan Nurcholish Madjid atau Cak Nur yang menawari dirinya masuk ke PDIP. Tapi, Yusril tak menyebut waktu dan kapan tawaran tersebut.

"Ambil contoh suatu ketika, almarhum Pak Nurcholish Madjid, mengatakan kepada saya. Ril bagaimana kalau Yusril masuk PDIP, waktu itu," ujar Yusril. 

Yusril menjawab Cak Nur dengan penuh keheranan. Sebab, ia merasa tak mungkin dirinya gabung ke PDIP.

"Saya bilang, Pak Nurcholis, kalau saya tiba-tiba masuk PDIP, jangan kan orang lain yang heran. Saya sendiri bisa heran sama saya sendiri," lanjut Yusril.

"Lah, ini kok anak Masyumi dididik sama tokoh-tokoh Masyumi tiba-tiba jadi PNI. Rasanya nggak mungkin saya masuk PDIP," ujarnya.

Dia mengibaratkan hal serupa seperti Megawati yang juga tak mungkin masuk ke PBB.

"Nggak mungkin juga Ibu Megawati terus masuk PBB. Kan, nggak mungkin. Ada ideologinya," kata eks Menteri Hukum dan HAM tersebut.

Lebih lanjut, dia menekankan parpol itu mesti memiliki ideologi dan didirikan karena cita-cita. Lalu, parpol itu punya pokok-pokok pikirannya.

"Dan, terus partai itu berjuang untuk membangun bangsa dan negaranya. Orang-orangnya dididik, dikader untuk berjuang partai itu," tutur Yusril. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya