KIB dan KIR Bersatu, Partai Golkar Layak Pimpin Koalisi Super
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA Politik – Peta koalisi di Pemilu 2024 masih cair. Walau ada sejumlah poros koalisi seperti Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB, Koalisi Kebangsaan Indonesia Raya atau KIR, hingga Koalisi Perubahan.
Penjajakan masih terus dilakukan sejumlah partai politik. Namun jika dilihat, Partai Golkar yang termasuk cukup menjadi pusat perhatian sehingga didatangi oleh sejumlah partai.
Partai Nasdem dan PKS, bahkan datang ke kantor DPP Partai Golkar. Terbaru Ketua Umum Airlangga Hartarto bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, pada Jumat pagi pekan lalu.
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, berpandangan bahwa Golkar memang memiliki daya tarik bagi partai lalinnya. Menurut dia itu sangat wajar. Sebab Golkar menjadi bagian penting dalam membangun pemerintahan saat ini.
Ditambah dengan kemampuan Partai Golakr. Menurutnya, partai ini sudah punya pengalaman panjang dalam berbagai pemerintahan. Politisi hingga teknokrat, semua ada dan pernah berada di Golkar.
“Pilihan logis Golkar menjadi kunci penting dalam pemerintah dalam membangun negara. Golkar punya banyak sumber daya yang mampu membangun berbagai isu di berbagai level,” ujar Arifki, Selasa 14 Februari 2023.
Melihat itu, maka dia mengakui kalau peluang Partai Golkar sebagai pemimpin koalisi besar, sangat terbuka dan beralasan. Apalagi dalam konteks ini, KIB dan KIR bergabung. KIB digagas oleh Golkar, PPP dan PAN. Sedangkan KIR gabungan PKB dan Partai Gerindra. Apalagi jumlah kursi di parlemen, Golkar hanya kalah dari PDIP.
“Dengan dia bergabung ke koalisi partai lain, tentu Golkar punya ruang sebagai pemimpin koalisi,” kata dia.
Dia juga setuju, siapapun Presiden RI di 2024 nanti, posisi Golkar tetap penting. Dia bisa berada di semua level pemerintahan. Mengingat pengalaman partai in yang sangat panjang.
“Ini ruang-ruang yang cukup menguntungkan bagi koalisi lain atau pemenang pemilu," katanya. Sejak Reformasi, Golkar selalu di pemerintahan dan memberi keuntungan bagi Presiden terpilih.
“Maka itu menguntungkan bagi partai pemenang atau siapapun presiden terpilih nantinya,” katanya.
Terkait capres, menurutnya seharusnya KIB sudah mendeklarasikan karena lebih cepat akan lebih baik bagi demokrasi. Dia menyebut, Airlangga punya kriteria yang layak. Salah satu pertimbangannya adalah memimpin Kementerian di bidang ekonomi ketika pandemi COVID-19 menghantam Tanah Air.
Bahwa elektabilitasnya tidak di 3 besar, menurutnya bisa dilakukan dengan memanfaatkan para caleg. Sebab kekuatan Golkar ada di para calegnya. Sebab, dia melihat Golkar tidak menjual populisme dalam kepemimpinannya.
“Seharusnya Golkar manfaatkan ini lebih awal untuk memperkenalkan Airlangga. Kekuatan politik yang dimiliki Golkar dalam berbagai sisi seharusnya dimaksimalkan lebih awal bukan menuggu pencapresan di akhir,” katanya.