Said Iqbal: Partai Buruh Tidak Beraliran Komunis dan Bukan Komunis
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Politik – Partai Buruh muncul sebagai partai politik peserta pemilu tahun 2024 setelah tiga kali mengikuti pemilu gagal mencapai ambang batas parlemen (parliamentary threshold) dan absen karena vakum dalam dua kali pemilu. Partai yang dirintis oleh tokoh buruh Muchtar Pakpahan pada 1998 itu muncul dengan tampilan dan semangat baru.
Namun, anggapan atau stigma bahwa Partai Buruh erat kaitannya gerakan dan ideologi komunis belum sepenuhnya hilang, sebagaimana juga stigma terhadap partai buruh di banyak negara di dunia.
Presiden Partai Buruh Said Iqbal menegaskan bahwa partainya sama sekali tidak menganut aliran pemikiran dan gerakan komunis. Meski berterus terang terinspirasi gerakan buruh internasional dan partai-partai buruh di banyak negara industri, Partai Buruh jelas menganut ideologi Pancasila.
"Partai Buruh jelas, dalam Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga, tidak beraliran komunis; partai buruh bukan komunis," kata Said dalam wawancara eksklusif dengan VIVA pada program The Interview di Jakarta pada Rabu, 1 Februari 2023.
"Ideologi Pancasila, cuma titik tumpu kami adalah di sila kedua, 'Kemanusiaan yang Adil dan Beradab', menjadikan manusia menjadi beradab, enggak ada orang tidur di kolong jembatan, enggak ada orang tidur di becak, enggak ada orang tidur di gerobak pemulung, enggak ada orang enggak punya rumah."
Titik tumpu kedua dasar pemikiran Partai Buruh, katanya, sila kelima Pancasila, yakni "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia". "Oleh karena itu partai ini bukan partai komunis; setiap orang yang ada di partai ini beragama dan menjalankan agama," ujarnya.
Said, yang juga Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia, bercerita tentang pengalamannya bersama pengurus Partai Buruh ketika mereka mendaftarkan partainya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menjadi partai politik peserta pemilu tahun 2024. Dia ingat, pada hari itu Jumat, sehingga mereka bersama-sama menunaikan salat Jumat.
"Saya pernah ditanya [apakah Partai Buruh] partai [yang] komunis. Begitu dia lihat pendaftaran Partai Buruh--saya ingat benar di KPU, kita daftar, kebetulan hari Jumat, kita juga enggak tahu--salat Jumat di jalanan, kaget dia. Berarti bukan partai komunis," ujarnya.
Selain itu, dia selalu mengingatkan kepada setiap kader Partai Buruh bahwa partai itu bisa lulus menjadi partai peserta pemilu hanya atas kehendak Tuhan. Sebab, katanya, bisa dikatakan nyaris mustahil Partai Buruh dinyatakan lulus verifikasi oleh KPU karena mereka mendirikan partai hanya bermodal iuran anggota.
"Anda boleh periksa, dari mana uang Partai Buruh. Katanya, [untuk mendirikan partai] bisa [menghabiskan dana] Rp300-400 miliar. Kami patungan dan beriur. Bahkan [ketika] diperiksa, katanya, sama teman-teman, karena pingin tahu juga, dari mana nih dananya Partai Buruh. Ada yang jual motor [untuk mengontrak rumah sebagai kantor Partai Buruh] di Ciamis," katanya.