Pemilu 14 Februari 2024, KPU: Hari Kasih Suara, Bukan Kasih Uang

Penghitungan Surat Suara Pemilu 2019. (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Politik - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Idham Holik menyampaikan 13 bulan lagi, Pemilu serentak 2024 akan digelar di Indonesia. Diharapkan, Pemilu dapat terselenggara dengan sukses dan membawa reputasi Indonesia jadi lebih baik di mata dunia.

Prabowo soal Pilkada 2024: Menang Jangan Euforia, Kalau Kalah Dukung yang Menang

"Pemilu juga membawa reputasi Indonesia ke dunia internasional. Saya yakin, kita semua memiliki keinginan untuk mensukseskan penyelenggaraan Pemilu serentak 2024 yang saat ini tinggal 13 bulan ke depan, di mana hari pemungutan suara akan dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Februari 2024," kata Idham di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Kamis, 19 Januari 2023.

Idham sempat menyoroti hari pemungutan suara yang jatuh pada 14 Februari 2024. Kata dia, 14 Februari biasanya dirayakan anak muda sebagai hari valentine atau kasih sayang. 

Pramono-Rano Unggul di Quick Count, Kris Tjantra: Pilkada Sudah Selesai, Mari Bangun Jakarta Lebih Baik

Namun, bertepatan pada hari itu, generasi muda menurutnya harus berpatisipasi dalam merayakannya sebagai hari kasih suara.

KPU RI Ungkap Ada 287 TPS yang Lakukan PSL, PSS dan PSU Pilkada 2024

"Kalau generasi muda memperingatinya sebagai hari valentine atau hari kasih sayang. Maka kami menyebutnya hari kasih suara, tapi bukan hari kasih uang. Karena kalau hari kasih uang, bahaya sekali," jelasnya.

Pun, soal kasih uang, Idham menyoroti masih adanya politik uang. Lalu, mahalnya kampanye politik yang terlihat selama penyelenggaraan Pemilu. 

Menurutnya, persoalan politik uang dan mahalnya kampanye ini harus dipahami semua pihak karena bukan hanya menjadi persoalan pidana.

Idham Holik, Ketua Divisi Bidang Teknis KPU RI

Photo :
  • VIVA/ Yeni Lestari

Kata Idham, jika semua pihak baik penyelenggara hingga peserta pemilu memahami nilai agama dengan baik, ia yakin politik uang hingga mahalnya kampanye bisa terkikis.

"Kenapa kampanye politik masih mahal? Kenapa dalam pemilu selalu dibayar-bayari? Itu kan uang yang sangat besar," tuturnya.

"Kalau saja seluruh pemilih memahami politik uang itu tidak sekedar pada persoalan tindak pidana, bukan saja persoalan budaya destruktif tapi kalau dipahami bahwa itu semua berkaitan dengan nilai-nilai agama dan saya pikir kita bisa mengikis budaya tersebut," jelas Idham.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya