RI Kalah Gugatan di WTO, Cak Imin: Barangnya Punya Kita Kok Mereka Maksa?

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar bersama pengurus DPP PKB di Istana
Sumber :
  • Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden

VIVA Politik - Kekalahan Indonesia atas gugatan yang diajukan Uni Eropa di World Trade Organisation (WTO) dapat perhatian Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Dia menilai kekalahan RI dalam gugatan soal komoditi nikel menunjukkan ada kekuatan global.

Warisan Terakhir Jokowi ke Prabowo, Ekonomi Indonesia Kuartal III-2024 Tumbuh 4,95 Persen

Cak Imin bilang kekuatan global itu terus memaksa RI untuk melakukan ekspor bahan mentah. Dengan pemaksaan ekspor bahan mentah itu akan menguntungkan negara Barat terutama Uni Eropa.

"Pembatasan/pelarangan ekspor bahan mentah merupakan policy nasional kita untuk mendorong kepentingan hilirisasi industri dalam negeri. Namun, pemaksaan ekspor ini malah akan menguntungkan negara-negara lain, khususnya Barat," kata Cak Imin, dalam keterangannya yang dikutip pada Senin, 5 Desember 2022.

Soal Hasil Survei Pilkada Jawa Tengah, Ini Respons Jokowi

Presiden Jokowi pimpin Rapat Kabinet Kerja di Istana Bogor, Jawa Barat

Photo :
  • Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden

Maka itu, menurut dia, RI perlu ada perubahan policy perdagangan global bahkan pergeseran orientasi hubungan luar negeri. Ia mengatakan demikian karena negara Barat sudah memiliki skenario.

Jokowi Wedangan Bareng Respati-Astrid, Fix Dukung Lawan PDIP di Pilwakot Solo!

"Sekarang kita lihat bagaimana negara-negara barat sepakat batasi harga minyak Rusia jadi 60 dolar/barel. Sebagai balasan atas policy OPEC+ yang mengurangi produksi minyak mereka sebanyak 2 juta barel/hari," lanjut Wakil Ketua DPR tersebut.

Bagi Cak Imin, perubahan policy itu dengan membuat model persekutuan dagang berbasis produsen komoditi seperti OPEC. Ia bilang hal itu mendesak untuk dilakukan.

"Semacam aliansi antarnegara berbasis komoditi. Misalnya untuk batubara, kita bisa membangun persekutuan dengan Afrika Selatan, Rusia, Australia sebagai sesama produsen," tuturnya.

Pun, untuk nikel juga bisa menggandeng negara produsen seperti Caledonia, Filipina. Lalu, untuk gas, juga bisa dengan Qatar, UEA, Kazakhstan, Rusia. 

"Agar stabilitas harga dan pasokan terjamin. Juga lebih mandiri menentukan kuantitas ekspor," tutur eks Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu.

Muhaimin Iskandar

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Dia menekankan posisi RI dilihat dunia internasional sebagai produsen nikel dan sawit terbesar dunia. Selain itu, RI juga penghasil timah nomor 2 dunia, nomor 4 di batubara dunia. RI juga menyandang status sebagai pemilik cadangan gas terbesar se Asia Pasifik serta produsen karet nomor 6 di dunia..

"Kalau kita tidak bersekutu dengan sesama produsen, maka kita akan terus jadi sasaran pemaksaan dan blackmail dari negara-negara barat. Lha, wong barangnya punya kita kok mereka yang maksa-maksa?" sebut Cak Imin.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menanggapi kekalahan pemerintah RI dari Uni Eropa ke WTO menyangkut pelarangan ekspor nikel. Jokowi bilang, RI tak akan menyerah untuk memperjuangkan hilirisasi nikel. 

"Sekali lagi meskipun kita kalah di WTO, kalah kita urusan nikel ini kita dibawa digugat oleh Uni Eropa dibawa ke WTO kita kalah. Nggak apa-apa, kalah saya sampaikan ke menteri, banding," kata Jokowi saat acara Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Investasi Tahun 2022, Rabu 30 November 2022.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya