Surya Paloh: Jokowi Harus Dijaga dari Pemikiran ABS

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh saat HUT 11 Partai NasDem
Sumber :
  • Youtube Nasdem

VIVA Politik – Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus dijaga dari pemikiran dan semangat dengan istilah ABS (asal bapak senang). Menurut dia, NasDem ingin tetap setia sebagai sahabat Presiden Jokowi dalam suasana suka maupun duka.

Cerita Kapolri Ingat Pujian Atraksi Pasukan Brimob dari Jokowi dan Prabowo

“Jaga seorang Joko Widodo sebagai Presiden Republik ini dari pemikiran dan semangat yang ABS terhadap dirinya. Ketika kita ingin memberikan pemikiran-pemikiran besar, lompatan-lompatan besar kita dan potensi ini ada pada diri Presiden Joko Widodo,” kata Paloh saat acara HUT ke-11 NasDem pada Jumat, 11 November 2022.

Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.

Photo :
  • VIVA.co.id/Moh Nadlir
Dukung Solusi 2 Negara Selesaikan Konflik Palestina, Prabowo: Sebenarnya AS Juga Setuju

Partai NasDem, kata Paloh, punya kepentingan untuk melanjutkan seluruh upaya dedikasi waktu dan pikiran yang telah dijalankan selama kepemimpinan Presiden Jokowi. Kini, NasDem sudah deklarasi dukung Anies Baswedan sebagai bakal calon Presiden 2024.

“Sebagai kepala negara, sebagai kepala presiden untuk keberhasilan Jokowi. Karena setiap keberhasilan Pak Jokowi, berarti keberhasilan Nasdem. Dan kegagalan Pak Jokowi implikasinya ke Nasdem,” jelas dia.

Presiden Putin dan Pangeran MBS 'Teleponan', Ini yang Dibahas

Tentu, Paloh menyadari hal itu bagian dari konsekuensi sebagai partai pengusung Presiden Jokowi pada Pemilu 2019. Namun, kata dia, ketika ada partai yang mau mengusung Jokowi, barangkali NasDem ada disana.

“Baik secara konsistensi, pikiran, apa yang telah dikomiitkan bangsa ini untuk terus bekerja bersama,” ujarnya.

Jokowi duduk di kursi Ketua Umum NasDem.

Photo :
  • Youtube NasDemTV

Maka dari itu, Paloh mengkhawatirkan posisi ABS ini adalah benalu. Memang, lanjut dia, manusia gampang terlena untuk pikiran yang barangkali untuk kepentingan yang lebih besar.

“Disana ada pragmatisme transaksional, kita menghindari politik semacam itu dan berharap politik bangsa yang sehat. Tidak ada apa apa. Lebih bagus kita me-warning itu sebelum terjadi, daripada kita terlambat me-warningnya di saat terjadi,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya