Konferensi Bandung-Belgrade-Havana, Rieke Beberkan Gagasan Besar Soekarno
- Istimewa
VIVA Politik - Politikus PDI Perjuangan (PDIP) yang juga Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyampaikan gagasan-gagasan yang selalu diperjuangkan Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno. Gagasan Bung Karno itu seperti terkait gerakan Non Blok.
Rieke menyampaikan hal itu saat Konferensi Bandung-Belgrade-Havana In Global History and Perspective, di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta, Senin, 7 November 2022. Anggota DPR tersebut menyampaikan, Soekarno selalu mengedepankan misi perdamaian dan keadilan dalam perjalanan politiknya.
Menurut dia, Konferensi Bandung-Belgrade-Havana In Global History and Perspective memiliki keterkaitan dengan Konferensi Asia Afrika (KAA). Rieke merasa dapat kesempatan berharga karena bisa bicara di hadapan perwakilan dari sejumlah negara seperti Prancis, India, China, hingga Kanada.
Dia menyebut, konferensi tersebut masih berhubungan dengan KAA. Rieke mengatakan sesuai catatan sejarah, KAA di Bandung pada 1955 diikuti 200 delegasi dari 29 negara. Saat itu, menghasilkan Dasa Sila Bandung, yang sangat inspiratif dan jadi tonggak sejarah dunia.
Pun, Rieke mengatakan 10 tahun setelah KAA, 41 negara di Asia dan Afrika mendeklarasikan kemerdekaannya. Dia bilang kini negara Asia Afrika sudah merdeka.
"Tapi, ada satu hutang sejarah kemerdekaan yang harus diperjuangkan, yaitu kemerdekaan Palestina. Secara pribadi dalam kesempatan ini saya pun menyatakan sikap terus berjuang bagi kemerdekaan Palestina!" jelas Rieke.
Lebih lanjut, Rieke mengatakan dapat petunjuk penting dalam arsip berusia 61 tahun. Hal ini menyangkut arsip Pidato Bung Karno saat kembali dari Beograd, 21 September 1961.
Dia menjelaskan, dalam arsip tersebut, Bung Karno mengatakan, Konferensi Beograd sebagai konferensi negara-negara yang menyatakan sikap Non-Blok. Konferensi itu sebagai kumpulan negara yang netral dan tak terikat pada dua blok besar kekuasaan yaitu Amerika dan Uni Soviet. Rieke pun teringat dengan pidato Bung Karno lalu menirukan sang proklamator.
“Kita semuanya adalah committed. Committed pada apa? Committed kepada perjuangan mengejar perdamaian. Committed pada perjuangan menghancurkan imperialis dan kolonialisme. Committed kepada perjuangan untuk berikan kehidupan yang bahagia kepada rakyat kita masing-masing," ujar Rieke menirukan pidato Bung Karno.
Namun, ia mengatakan, dalam pola relasi internasional yang terjadi saat ini malah jadikan dunia dalam situasi Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous (VUCA). Menurutnya, kenyataan itu disahihkan oleh Bank Dunia yang menyatakan dibutuhkannya ‘ethics in action’ dalam ekonomi politik internasional, dan World Economic Forum menyatakan dunia berhadapan dengan polarisasi sosial.
Menurut dia, situasi ini mengindikasikan tingginya tingkat ketimpangan pendapatan dan ketidakadilan sosial di panggung global.
"Situasi ini juga menandakan lahirnya New Cold War, 'Perang Dingin Baru', yang bermuatan perang dagang, perang keuangan, perang Information Communication Technology (ICT War)," tutur dia.
Maka itu, dia mengatakan, semangat KAA 1955 dan KTT Non-Blok di Beograd 1961, tetap relevan, aktual, dan vital. Dia menilai Bung Karno menggagas tentang Revolution of Mankind, Revolusi Kemanusiaan yang tak terjebak pada istilah perang atau damai, dalam Konferensi di Beograd.
"Semangat Bandung-Beograd-Havana yang tersimpan dalam arsip bukan dongeng tentang cita-cita para pendahulu kita. Arsip tersebut petunjuk perjalanan ke masa depan bagi bangsa-bangsa," lanjut Rieke.
"Arsip itu merupakan petunjuk untuk bebaskan dunia dari ketertindasan, kebodohan, kemiskinan, ketimpangan, dan kehinaan," tutur Rieke.