Cerita Megawati Debat dengan George Bush karena Dituduh Bela Saddam Husein

Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
Sumber :
  • ANTARA FOTO

VIVA Politik - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengatakan Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Dasa Sila Bandung tidak hanya meletakkan prinsip non-intervensi atas kedaulatan bangsa. Namun, menurutnya juga jadi piagam kemerdekaan bagi bangsa yang berjuang dari penjajahan.

Demikian disampaikan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) itu secara virtual dalam pembukaan 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective' di Gedung ANRI, Jakarta, Senin, 7 November 2022.

"Maroko, Tunisia, Sudan, tadi saya sedikit cerita Aljazair adalah sedikit contoh negara-negara yang kemudian merdeka. Bangsa-bangsa yang baru merdeka itu benar-benar digerakkan oleh suatu tekad agar penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan," kata Megawati dikutip dari Antara.

Dia menceritakan sejarah yang mencatat KAA dan Gerakan Non-Blok jadi satu napas perjuangan umat manusia dalam tata dunia baru. Menurutnya, hal itu dengan mengedepankan penghormatan terhadap kemerdekaan, kesetaraan antarbangsa, dan nilai-nilai kemanusiaan bagi perdamaian dunia.

Pun, Megawati menyebut KAA sebagai dasar dan ruh bagi terbangunnya solidaritas antarbangsa.

"Dan, Gerakan Non-Blok menjadi wadah, menjadi gerakan pembebasan bangsa-bangsa dari himpitan perang dunia dan penjajahan yang masih berjalan pada waktu itu," ujar Megawati.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Rakernas PDIP

Photo :
  • PDIP

Kemudian, ia menambahkan Gerakan Non-Blok juga sudah mengubah gambaran sistem internasional. Hal ini karena perubahan fundamental terjadi saat gerakan tersebut menyatukan bangsa-bangsa berhaluan progresif.

Hasto Sebut Partai Coklat Masif Bergerak di Pilgub Sumut: Kami Khawatir dengan Pak Edy Rahmayadi

Dia menekankan, pandangan bangsa-bangsa Asia dan Afrika, baik Blok Barat serta Blok Timur, mengandung benih-benih kolonialisme dan imperialisme. Pandangan itu menurutnya yang ditentang dalam KAA.

"Setelah Konferensi Asia Afrika, kalau kita tahu dan lihat dari dokumentasi yang ada, maka begitu banyak negara-negara di Asia-Afrika yang segera bisa merdeka," jelasnya.

Hasto-PDIP Bakal Kirimkan Buku Sabam Sirait 'Politik itu Suci' ke Maruarar: Supaya Beliau Merenung

Dia juga menilai kesetaraan antarnegara belum terwujud di PBB. Ia menyinggung demikian dengan menyertakan contoh iuran negara ke PBB yang pernah dirinya tanyakan langsung kepada Sekretaris Jenderal PBB. Namun, ia malah mendapat jawaban yang tak sesuai harapan.

Menurut dia, negara besar praktis memberikan iuran bantuan lebih besar. Dengan demikian, wewenang negara besar seakan-akan lebih besar.

Sekjen PDIP Hasto Sebut Prabowo Pekerja Keras, Jokowi Cawe-cawe

"Jadi, negara besar praktis itu yang memberikan bantuan yang lebih besar. Nah, yang lain tentu seperti apa jadinya, seperti tidak ada kesamaan, tidak ada kesetaraan," katanya.

Mantan Presiden AS George W Bush

Photo :
  • AP Photo/ Thaier al-Sudani, Pool, File

Kata Megawati, Presiden pertama RI Soekarno juga menegaskan masa depan dunia tak boleh ditentukan oleh negara yang memiliki hak veto di PBB. Dia setuju dengan ayahnya itu bahwa setiap bangsa mesti dapat kehormatan yang sama.

Lebih lanjut, Megawati mengaku pernah berdialog dengan Presiden ke-43 Amerika Serikat George W. Bush. Saat itu, Bush mengatakan akan menyerang Irak dengan cara kilat.

Dia merespons mestinya AS mendapatkan izin terlebih dulu dari PBB. Dia juga mempertanyakan maksud serangan kilat oleh AS ke Irak.

"Yang namanya kilat itu apa ya kalau dari strategi militer? Itu yang saya tanya. Satu jam kah, satu hari kah, seminggukah, sebulankah?" lanjut Megawati. 

"Jadi, kata Presiden George Bush pada saya, katanya begini. Kamu itu kok pintar ya Mega. Saya diam saja, terus saya tanya, kok kamu bilang begitu?" kata Megawati.

Megawati menjelaskan saat itu dirinya sebagai Presiden RI punya kewajiban ikut mendukung perdamaian dunia. Dia menegaskan tak setuju dengan cara AS yang ingin melakukan penyerangan.

"Tapi, kan pada keadaannya, ternyata waktu itu beliau agak sedikit marah, dia bilang begini, kamu selalu bela Saddam Husein?," tutur Megawati.

Lalu, Megawati menambahkan ceritanya bahwa ia tak membela Saddam Husein. Namun, ia bilang ke Bush bahwa dirinya hanya membela rakyat Irak.

"Saya nggak bela Saddam Husein, saya bela rakyat Irak, yang pasti apa pun juga kan menderita," ujar Megawati.

Megawati pun mengaku melontar pertanyaan ke Bush soal rencana invasi ke Irak.

"Jadi, kalau kamu berpikir bahwa kamu nggak cocok dengan Saddam Husein, sudahkah ada ahli Islam-mu yang harusnya menerangkan, Saddam Husein itu siapa? Saya bilang begitu; tapi akhirnya tetap saja toh (Irak) diserang (AS)," jelas Megawati.

Megawati pun menilai wajar jika PBB dianggap sudah tak bisa lagi meredam konflik antar negara. Apalagi saat ini sudah ada meningkatnya teknologi militer seperti ancaman senjata pemusnah.(Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya