Komisi X DPR RI Sebut Faktor Kemiskinan Jadi Sebab Meningkatnya Angka Putus Sekolah

Anggota Komisi X DPR RI, Fahmy Alaydroes
Sumber :
  • Facebook: Fahmy Alaydroes

VIVA Politik – Anggota Komisi X DPR RI, Fahmy Alaydroes, mengatakan Pendidikan adalah salah satu sektor penting yang berpengaruh terhadap kemajuan negara. Selain itu, pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yang perlu diperhatikan. Semua negara bertanggung jawab memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan berkeadilan serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua.

Majelis Masyayikh Sebut UU Pesantren Cetak Generasi Santri Berdaya Saing

Hal tersebut disampaikan dalam The SDGs National Seminar Series yang diselenggarakan oleh Bakrie Center Foundation dengan topik “Identifikasi Penyebab Putus Sekolah dan Implementasi Peraturan Wajib Belajar” yang diselenggarakan secara daring pada Rabu 2 November 2022. 

Ilustrasi Pendidikan vokasi.

Photo :
Integrasi Teknologi dan Pendidikan untuk Mendongkrak Kualitas SDM

Namun, kata dia, hingga kini pendidikan Indonesia masih dihadapkan oleh adanya berbagai permasalahan kompleks mulai dari tingkat kebijakan hingga implementasinya. Hal ini yang dinilai sebagai salah satu faktor masih adanya anak-anak yang putus sekolah di Indonesia.

Ia menyatakan bahwa tingkat putus sekolah di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama dan perlu diperhatikan.

Ingin Hapus OTT Kalau Jadi Ketua KPK, ICW Sebut Johanis Tanak Lagi 'Caper' ke DPR

“Jika kita melihat data 5 tahun terakhir, angka putus sekolah perlu kita waspadai dan perhatikan, karena sejumlah putra-putri kita tidak mendapatkan pendidikan yang semestinya dan seharusnya yang mereka terima. Jadi sejak tahun 2017 cenderung stagnan, artinya jumlah putus sekolah tidak mengalami suatu perbaikan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id, Rabu. 

Data yang disampaikan Fahmy menyebutkan angka putus sekolah pada tahun 2019 menyentuh 4,3 juta anak di Indonesia. Angka tersebut termasuk anak-anak yang sebelumnya tidak pernah bersekolah. 

Dia mengungkap, permasalahan angka putus sekolah ini tidak terlepas dari berbagai faktor, namun yang paling dominan adalah faktor kemiskinan.

“Mungkin pemerintah telah menyediakan dana bantuan seperti Kartu Indonesia Pintar, namun nyatanya ada faktor lain yang disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga yang rendah. Misalnya, pola pikir orang tua yang beranggapan lebih baik bekerja daripada belajar,” ujar Fahmy

Pola pikir ini hadir karena mereka hidup dalam lingkup kemiskinan. Sehingga, diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi sebab anak putus sekolah, sosialisasi kepada keluarga, hingga bimbingan konseling kepada anak putus sekolah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya