Putu DPR: RI Punya Strategi Jangka Panjang Penanggulangan Perubahan Iklim
- Istimewa
VIVA Politik - RI punya komitmen penuh dalam upaya membantu mengatasi perubahan iklim. Peran RI juga penting karena punya wilayah hutan tropis terbesar ketiga di dunia.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana saat forum Standing Committee on Sustainable Developments, sidang Inter Paliamentary Union (IPU) ke-145 di Kigali, Rwanda. Delegasi parlemen dari 116 negara hadir yang salah satunya membahas soal perubahan iklim.
Politikus Partai Demokrat itu mengatakan sebagai komitmen, pemerintah RI sudah mengalokasikan sekitar 4,1 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai upaya untuk mengurangi emisi. Menurut dia, RI sudah menyerahkan strategi jangka panjang dalam penanganan perubahan iklim.
"Baru-baru ini kami menyerahkan Strategi Jangka Panjang untuk Low-Carbon and Climate Resilience 2050 (LTS-LCCR 2050) kepada sekretariat The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada Juli 2022," kata Putu, dalam keterangannya, Sabtu, 15 Oktober 2022.
Pun, menurut dia, pada September 2022, RI juga sudah menyampaikan dokumen Nationally Determined Contributions Document (Enhanced NDC). Dia menjelaskan dokumen itu menyangkut peningkatan target penurunan emisi negara dari 29 persen jadi 31,89 persen melalui sumber daya dan kemampuan negara sendiri. Selain itu, dari 41 persen menjadi 43,20 persen. Namun, ia menekankan, hal tersebut mesti dapat dukungan dari dunia internasional.
"Indonesia adalah negara superpower dalam menanggulangi perubahan iklim. Kami mendorong segera, agar dunia menyiapkan climate fund sebesar 100 miliar dollar AS untuk menanggulangi perubahan iklim," jelas Anggota Komisi VI DPR tersebut.
Lebin lanjut, dia menyebut target pengurangan emisi di sektor Forest and Other Land Uses (FOLU) atau pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan ditaksir mencapai hampir 60 persen dari total target pengurangan emisi gas rumah kaca.
Putu bilang, RI secara umum menaruh perhatian khusus terkait ancaman punahnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, degradasi lahan, penurunan kualitas air laut, deforestasi. Lalu, limbah, dan kerawanan pangan serta aksesibilitas terhadap air bersih juga jadi perhatian RI.
Dijelaskan dia, RI memang sebagai negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kelima di dunia. RI juga penyumbang emisi berbasis hutan terbesar. Meski demikian, Indonesia memiliki bentangan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia.
Dengan kondisi itu, RI punya peranan penting untuk bisa jadi negara super power dalam menanggulangi perubahan iklim. “Sangat penting menginformasikan Indonesia mampu mengurangi emisi dan deforestasi secara signifikan," sebut Putu.
Namun, dia mengatakan RI masih perlu dukungan dan kontribusi dunia internasional. Ia menekankan sektor kehutanan punya kontribusi penting sebesar 60 persen dalam mencapai target net-zero emisi," kata Putu.
Kemudian, Putu di forum tersebut juga menyampaikan RI mendorong regulasi kehutanan global yang tetap dan tidak mengikat. Tujuan regulasi itu untuk menjaga fleksibilitas pemerintah dalam pengelolaan hutan lestari.
“Yang sesuai dengan keseimbangan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi serta keunikan wilayah dan kondisi masing-masing negara,” tuturnya.