Eep Saefulloh: 5 Tahun Pimpin DKI, Anies Tak Jadi Boneka Oligarki
- Antara/ Yudhi Mahatma
VIVA Politik – CEO Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah, memberikan perbandingan kinerja kemepimpinan antara Presiden Jokowi dan Gubernur DKI Anies Baswedan. Menurut Eep, kepemimpinan keduanya berbeda karena Anies sendiri bukanlah seorang petugas Partai.Â
Kondisi tersebut berbeda dengan Jokowi yang selama ini adalah kader Partai Politik, yakni PDIP. Bahkan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pernah menyebut Jokowi adalah petugas partai, dan petugas partai harus nurut keputusan partai.
Faktor inilah yang menurut Eep menjadi pembeda anatara Jokowi dan Anies. Hal itu telah terbukti di Jakarta dimana Anies tak didikte oleh partai yang mengusungnya.
"Pak Jokowi itu sudah jadi pekerja partai sejak jadi walikota di Solo, bukan ketika jadi presiden. Dan Anies berhasil tidak jadi pekerja partai selama 5 tahun jadi Gubernur. Ini penting menurut saya untuk digaris bawahi supaya diskusi kita seimbang," kata Eepdalam sebuah diskusi yang diadakan oleh inilahcom, dan dikutip pada Selasa 11 Oktober 2022
Menurut Eep, dalam sebuah negara dengan sistem demokrasi, akan selalu ada praktik Oligarki, tak terkecuali di Indonesia. Praktik oligarki tersebut akan menjadi masalah apabila negara tersebut tak dipimpin orang yang tegas.
"Sekarang oligarki, tidak ada negara demokrasi di dunia yang tidak punya oligarki. Problemnya adalah kepemimpinan yang berhasil dalam demokrasi adalah yang mengendalikan oligarki, bukan yang dikendalikan oligarki," kata Eep
Maka dari itu, Eep berharap sosok yang dapat memimpin Indonesia ke depan adalah sosok yang berani keluar dari kendali oligarki. "Jadi harapan kita ke depan adalah ada Presiden kita di masa yang akan datang ini yang bukan jadi alatnya oligarki tetapi dia mengendalikan oligarki," ujar Eep
Seperti diketahui, Anies Baswedan bukanlah seorang kader ataupun petugas partai Politik, melainkan orang yang berlatar belakang sebagai profesional. Nama Anies mulai dikenal secara nasional setelah menyandang gelar doktor di Amerika dan kembali ke Indonesia.Â
Saat itu, Anies langsung mengemban tugas menjadi Direktur Riset The Indonesian Institute. Ini adalah sebuah organisasi yang berfokus pada riset dan analisa kebijakan publik.
Anies juga sempat mencoba terjun ke dunia politik dengan menjadi peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat. Namun belum berhasil dalam konvensi Capres partai Demokrat saat itu.Â
Setekah itu, Anies menjadi juru bicara Jokowi-JK pada Pilpres 2014 yang kemudian dipilih Jokowi menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Kabinet Kerja 2014-2019.
Tetapi jabatan itu tak lama, sebab Ia terkena reshuffle kabinet Jokowi pada 27 Juli 2016. Tak jadi menteri, Anies diminta Prabowo Subianto untuk maju bersama Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Â Hasilnya kemenangan. Pada 16 Oktober 2017, ia bersama Sandiaga Uno dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2020.