Di Seskoal, Megawati Bicara Pancasila, Geopolitik, Pelurusan Sejarah
- PDI Perjuangan
VIVA Politik – Prajurit TNI harus memahami dan memegang teguh Pancasila sebagai cara pandang geopolitik. Terutama saat menjalankan tugasnya. Itu disampaikan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri.
Menurutnya, dengan memahami Pancasila berarti mengetahui sejarah bangsa dan negara Indonesia. Sementara cara pandang geopolitik itu berarti memahami kondisi dan posisi diri sendiri, serta keadaan sekelilingnya.
Itu dikatakan Megawati dalam kuliah umum di Kampus Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa 4 Oktober 2022.
“Saya menjelaskan hubungan Pancasila dengan geopolitik, itulah pesan utamanya. Mereka perwira ini yang akan menjadi bagian dari bangsa kita, yang akan menjadi bagian pertahanan keamanan republik ini. Lalu kalau tidak mengerti sebenarnya sejarah Pancasila dan ilmu geopolitik dalam pelaksanaan sebagai matra di pergolakan dunia ini, saya kurang tahu akan jadi seperti apa,” kata Megawati, dalam keterangannya.
Megawati dalam pemaparannya, menjelaskan sejarah Pancasila dan kemerdekaan Indonesia. Berbagai perspektif sejarah dipaparkan Ketum PDIP itu. Termasuk mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949. Megawati berbicara mengenai pengalamannya berdialog dengan Alm.Sultan Hamengkubuwono IX mengenai hal tersebut.
Banyak sejarah diakui Megagwati, dibelokkan. Terutama sejak Orde Baru. Maka menurutnya, pelurusan akan sejarah perlu dilakukan. Untuk itu, dia mendorong Pancasila bisa dipahami sesuai dengan yang aslinya.
“Sejarah bisa menjadi sebuah proyeksi ke tengah dan ke depan. Dengan demikian pelurusan sejarah itu perlu. Terutama untuk generasi muda,” kata Megawati.
Megawati menceritakan kejadian ketika Bung Karno mengunjungi Museum Sejarah Perjuangan Nasional Meksiko di Kota Meksiko. Pada saat itu, Bung Karno meminta kepada para rombongan delegasi dari Indonesia untuk memperhatikan kata-kata yang indah dan bermakna di museum itu. Di pintu museum ada kata-kata.
“Kita meninggalkan museum, tetapi tidak meninggalkan sejarah. Sebab sejarah terus berjalan maju dalam pergerakan sejarah bangsa menjadi bangsa besar dan hebat,” katanya.
Dengan Pancasila, lanjut Megawati, maka mengajarkan pentingnya kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Agar dunia bebas dari berbagai bentuk penjajajahan. Sehingga Indonesia harus membangun kekuatan pertahanannya atas cara pandang geopolitik.
Menurut Megawati, cara pandang geopolitik harus ada pemahaman konstelasi geografis, budaya, adat istiadat, sejarah, iklim, cara hidup bangsa, maupun tentang cara bagaimana suatu bangsa bertahan. Pancasila dalam geopolitik, menurut Megawati adalah dalam rangka mewujudkan dunia yang bebas dari penjajahan.
Megawati juga mengajak siswa Seskoal mempelajari sejarah Indonesia era Soekarno. Terutama saat negara ini membantu kemerdekaan sejumlah negara seperti Aljazair. Melalui Konferensi Asia Afrika tahun 1950, Indonesia menjadikan Aljazair salah satu delegasi di dalam konferensi tersebut.
Selain itu, siswa Seskoal juga diajak Megawati untuk memahami bagaimana peranan Indonesia membela Mesir dalam hal Terusan Suez.
Konflik Rusia dan Ukraina juga dibahas oleh Megawati. Juga kaitannya dengan NATO dan negara-negara di Eropa. Putri Bung Karno itupun membahas banyak soal Presiden Rusia Vladimir Putin, hingga soal Inggris paska mangkatnya Ratu Elizabeth II.
Kemudian mengenai India yang jumlah penduduknya diprediksi akan segera melewati jumlah penduduk China, dan kebutuhannya akan pangan.
Kondisi geopolitik yang perlu diperhatikan juga, menurut Megawati, adalah sesuai pernyataan Presiden Jokowi. Bahwa berdasarkan masukan dari PBB, akan ada 60-an negara yang akan failed atau tak berhasil.
“Saya bilang dari pengalaman saya, kepangkatan bisa dicari. Yang susah jadi leader, pemimpin, sulit dicari pemimpin untuk bisa membawa kapal ke arah tujuan. Kalau tujuan ke sana, apa yang akan terjadi, bagaimana kalau ada badai, bagaimana kalau ada musuh. Leader adalah bisa melihat dan membawa bahwa kita harus tiba ke sana ke tujuan kita,” jelas Megawati.