SMRC Sebut Pencalonan Puan Maharani Memperlemah Suara PDIP

Puan Maharani Sidang Tahunan MPR 2022
Sumber :
  • Youtube Sekretariat Presiden

VIVA Politik – Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali merilis studi eksperimental bertajuk ”Efek Calon Presiden terhadap Partai” yang dipersentasikan oleh pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani. Studi ini menunjukkan bahwa jika PDIP mengajukan Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto sebagai capres, hal ini akan memiliki efek positif pada peningkatan suara partai tersebut untuk pemilihan legislatif. 

Tuduhan Cawe-cawe di Tahun Terakhir Jokowi Jadi Presiden

"Sebaliknya, pencalonan Puan Maharani tidak memiliki pengaruh atau bahkan cenderung memperlemah suara PDIP," kata Saiful dikutip melalui kanal YouTube SMRC TV, Jumat, 30 September 2022.

Saiful menjelaskan, biasanya partai yang memiliki calon yang bagus maka suara partai tersebut akan ikut terangkat. Sebaliknya, jika mencalonkan tokoh yang buruk, suara partai tidak bisa terangkat atau bahkan memiliki pengaruh negatif terhadap partai tersebut. Karena itu, pilihan partai terhadap calon adalah pilihan strategis bagi partai itu sendiri. 

PDIP Pastikan Hasto Akan Kooperatif dan Taat Hukum Usai Jadi Tersangka KPK

"Ini berlaku untuk semua partai," ujarnya. 

Peneliti politik senior Saiful Mujani

Photo :
  • YouTube SMRC Tv
Terpopuler: Melody Sharon Seret Suami Usai Ketahuan Selingkuh, dan Hasto Suruh Harun Masiku Kabur

 
Saiful menuturkan PDIP menjadi unik lantaran mereka memiliki beberapa opsi calon. Ini berbeda dengan Gerindra, misalnya, yang sudah memiliki bakal calon presiden yang sudah definitif, Prabowo Subianto. "Juga berbeda dengan Golkar yang belum memiliki calon yang bersaing dengan ketua Golkar, Airlangga Hartarto," kata Saiful. 
 
Untuk menjawab apa efek calon pada perolehan suara partai, SMRC melakukan studi eksperimental. Ini dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas antara calon dan partai. Dalam studi ini, pertama-tama yang diuji adalah variabel kontrol, yakni pilihan pada PDIP. Ada 28 persen yang menyatakan akan memilih PDIP, yang menyatakan tidak akan memilih 43 persen, dan tidak tahu 29 persen.

Dalam treatment 1 dimasukkan nama Puan Maharani. Pertanyaannya adalah jika PDIP mencalonkan Puan Maharani untuk menjadi presiden, apakah Ibu/Bapak akan memilih PDIP atau calon anggota DPR dari PDIP bila pemilihan umum dilakukan sekarang? Ada 25 persen yang menyatakan akan memilih PDIP, 44 persen yang menyatakan tidak, dan 31 persen menjawab tidak tahu. 
 
Doktor lulusan Ohio State University, Amerika Serikat ini menjelaskan bahwa untuk pertanyaan netral (kontrol), ada 28 persen yang menjawab akan memilih PDIP, namun setelah ada nama Puan, menjadi 25 persen. Suara PDIP mengalami sedikit penurunan.
 
“Mbak Puan tidak meningkatkan elektabilitas PDIP kalau dia dicalonkan,” kata Saiful.

Capres Ganjar Pranowo

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo

Photo :
  • Istimewa

Dalam treatment 2, nama yang dimasukkan adalah Ganjar Pranowo. Pertanyaannya adalah bila PDIP mencalonkan Ganjar Pranowo untuk menjadi presiden apakah Ibu/Bapak akan memilih PDIP atau calon anggota DPR dari PDIP bila pemilihan umum dilakukan sekarang? Ada 43 persen yang menjawab ya, 33 persen menjawab tidak, dan 24 menyatakan tidak tahu atau tidak jawab.
 
Data ini menunjukkan bahwa jika PDIP mencalonkan Ganjar, suara PDIP berpotensi mengalami penguatan, dari 28 persen (kontrol) menjadi 43 persen (dengan Ganjar sebagai calon presiden). “Ganjar memperkuat PDIP secara signifikan,” kata Saiful. Ganjar, menurut Saiful, bisa membantu PDIP. 
 
Dalam treatment 3, yang dimajukan oleh PDIP adalah Anies Baswedan. Ada 38 persen yang menyatakan akan memilih PDIP jika partai ini mencalonkan Anies Baswedan, 37 persen tidak akan memilih, dan 25 persen tidak tahu. “Anies juga lumayan punya kontribusi positif (terhadap peningkatan suara PDIP), walaupun tidak sekuat Ganjar,” kata Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu. 

Treatment 4, yang menjadi calon presiden PDIP adalah Prabowo Subianto. Ada 36 persen yang menyatakan akan memilih PDIP jika partai ini mencalonkan Prabowo sebagai presiden, 40 persen menyatakan tidak, dan 24 persen menjawab tidak tahu. Prabowo, ditekankan Saiful, juga memiliki efek penguatan suara PDIP. 

Saiful menjelaskan bahwa secara keseluruhan Ganjar memiliki pengaruh paling positif pada peningkatan suara PDIP, sekitar 14,7 persen, sementara pengaruh Anies Baswedan 9,9 persen, Prabowo 8,4 persen, sementara pengaruh Puan Maharani negatif. Saiful mengatakan bahwa kalau melihat efek calon pada PDIP dan ada keinginan untuk menjaga suara PDIP, Puan tidak bisa diharapkan untuk itu. 
 
“Yang bisa diharapkan untuk itu (menjaga suara PDIP) adalah Prabowo, Anies, atau Ganjar. Namun jika yang dilihat adalah kader sendiri untuk menjadi presiden dan ingin memperkuat partai, maka Ganjar adalah pilihan terbaik bagi PDIP untuk tetap menjadi partai terbesar dan mendapatkan dukungan paling banyak dibanding partai lain,” ujarnya. 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

Photo :
  • VIVA.co.id/Riyan Rizky

 

Lebih jauh Saiful menyatakan bahwa suara PDIP sendiri tidak cukup menjadikan seorang calon menjadi presiden. Ganjar, menurut dia, bisa menarik suara dari gerbong politik lain. Anies dan Prabowo juga demikian. Setidak-tidaknya, menurut Saiful, mereka tidak mengancam suara PDIP jika PDIP mencalonkan mereka. Berbeda dengan Puan Maharani yang justru cenderung mengancam suara PDIP. 

 

“Orang yang ada di PDIP pun bisa pergi jika Puan dipaksakan menjadi calon presiden,” imbuhnya.

 

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 Agustus 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (
stratified multistage random sampling
) 1220 responden.  

Response rate sebesar 1053 atau 86 persen. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Dalam studi eksperimental untuk menguji efek calon presiden terhadap PDIP, responden dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok (kontrol, treatment 1, treatment 2, treatment 3, dan treatment 4) dan setiap kelompok diberi satu pertanyaan yang berbeda dari kelompok yang lain.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya