Fahri Hamzah Singgung Luhut Soal Presiden dari Jawa dan Non-Jawa
- Twitter: Fahri Hamzah
VIVA Politik – Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah, menyinggung Menko Kemaritiman dan Investasi yang juga politisi senior Partai Golkar Luhut Binsar Pandjaitan, soal Presiden RI harus dari Jawa. Fahri mempertanyakan, apakah pernyataan itu akan membuat orang non-Jawa berkecil hati.
Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 ini menjelaskan, konstitusi yakni UUD 1945 sudah mengatur bahwa semua orang dengan latar belakang suku dan agama, dapat terpilih sebagai Presiden RI.
"Tapi memang sangat disayangkan prinsip prinsip itu tidak mau dipakai dan bahkan dikaburkan oleh para pimpinan partai politik sendiri termasuk partainya opung," kata Fahri, dalam akun twitter pribadinya, Sabtu 24 September 2022.
Dalam sistem penentuan capres-cawapres, memang belum mengizinkan adanya calon perseorangan. Tetapi pasangan ini harus melalui partai politik dengan berbagai syarat teknis lainnya.
Peluang Non-Jawa Menurut Fahri Hamzah
Dalam sistem yang ada saat ini, menurut politisi asal Sumbawa NTB itu, adanya ambang batas pengajuan capres-cawapres atau Presidential Threshold (PT), bisa menjadi penghambat. Tetapi bila PT itu 0%, dia yakin persoalan yang diutarakan LBP, tidak perlu terjadi.
"Jika partai politik boleh mengajukan calon tanpa syarat seperti yang diTukangi oleh partai politik dengan PT 20%, maka pada putaran pertama dapat kita bayangkan calon calon dari berbagai latar belakang suku, agama dan wilayah," kata Fahri.
Setelah putaran pertama yang memungkinkan banyak pasangan jika PT 0% itu, maka putaran kedua akan menyisahkan 2 pasangan. Menurut Fahri, di sinilah proses seleksinya. Karena bisa saja putaran kedua adalah mereka dengan latar belakang suku, agama dan wilayah yang lebih merata.
"Apabila itu terjadi, bisa saja pada pasangan akhir di putaran kedua yang bertarung adalah putra Aceh melawan putra Papua, suku Batak versus suku Bugis, dll. Ini mungkin terjadi karena dalam putaran pertama semua kandidat Yang hanya mengandalkan latar,dapat tersingkirkan,".
"Dengan perdebatan yang sengit pada putaran pertama, maka dapat kita bayangkan isu isu riil kewilayahan, suku dan agama pun dapat terurai secara tajam dan membuat pilihan rakyat juga luas dan banyak," lanjut Fahri.
Dengan begitu, menurutnya akan sangat indah bahwa semua anak bangsa dengan latar dan wilayah yang berbeda, bisa maju.
"Barulah pemilihan presiden disebut pesta seluruh rakyat, sebab yang sekarang terjadi adalah pesta Elit karena calon disiapkan oleh segelintir Elit ke dalam kertas suara calon presiden kita," katanya.