Prasetyo Edi Mau Bubarkan TGUPP Bikinan Anies, Begini Respons Riza
- Rahmat Fatahillah Ilham/VIVA.
VIVA Politik - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menanggapi keinginan Ketua DPRD Prasetyo Edi Marsudi yang ingin menghapus Tim Gabungan untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) bentukan Gubernur Anies Baswedan.
Riza menyampaikan, pembubaran TGUPP bisa saja dilakukan, mengingat TGUPP sebagai program kebutuhan Gubernur yang sedang menjabat. Dia menilai pernyataan Prasetyo Edi bukan sesuatu yang perlu dilebih-lebihkan.
“Ya, memang kalau itu kan sesuai dengan ketentuan aturan kan. Namanya tim TGUPP kan tim untuk melakukan percepatan pembangunan. Ya memang habis, dia juga akan habis masanya,” kata Riza, Kamis 15 September 2022.
Pun, dia mengatakan, Pj Gubernur nanti juga bisa membentuk TGUPP. Menurut dia, hal itu untuk membantu pekerjaan pembangunan yang dilakukan Pj Gubernur yang menjabat.
“Kecuali nanti diserahkan ke Pj Gubernur selanjutnya. Apakah perlu adanya TGUPP atau tidak, atau melalui cara lain. Itu kewenangan Pj Gubernur," tutur Riza.
Untuk diketahui, Anies dan Riza secara resmi mengakhiri masa jabatannya sebagai Gubernur serta Wakil Gubernur DKI pada 16 Oktober 2022. Adapun DPRD DKI pada Selasa, 13 September 2022, sudah menggelar paripurna pengumuman pemberhentian Anies dan Riza sebagai kepala daerah.
Sebelumnya, Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi bertekad menghapus eksistensi TUGPP bikinan Anies Baswedan. Dia berpandangan keberadaan TGUPP tak membuat pembangunan Jakarta membuahkan hasil.
"TGUPP harus hilang. Itu yang buat kacau pembangunan di Jakarta. Dengan ide-ide dia, banyak yang merugikan," kata Pras, sapaan akrabnya, di gedung DPRD DKI, Kebon Sirih, Selasa 13 September 2022.
Pras juga sempat menyinggung persoalan nyata dalam gagalnya pembangunan di Jakarta. Ia mencontohkan sepertikeberadaan trotoar yang tak tersambung dengan tali air di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Dia menyindir ide TGUPP yang dikerjakan pemerintah daerah itu tidak berjalan lancar. Namun, malah berefek memicu banjir.
"Salah satu contoh, jalan di Jakarta ini pendek. Saya menemukan di Kemang, ada tali air di trotoar, dilebarkan ternyata tali air itu tidak nyambung ke trotoarnya. Jadi buntu tengah-tengah dan dampaknya jadi banjir," tuturnya.