Ngabalin ke Panda Nababan: Kenapa Jadi Mengadili Polisi, Hati-hati Loh
- Youtube tvOne
VIVA Politik - Debat panas terjadi antara Tenaga Ahli Utama Kepala Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dengan politikus senior Panda Nababan. Ngabalin mencecar Panda karena menyarankan ada perombakan habis di institusi Polri imbas kasus Ferdy Sambo.
Awalnya Panda bicara panjang lebar soal pandangannya terkait kasus Ferdy Sambo yang mempengaruhi citra Polri dalam Catatan Demokrasi tvOne. Dia mengatakan secara fundamental saat ini yang terpenting adalah perbaikan di lembaga korps Bhayangkara itu.
Bagi eks anggota DPR itu, kasus Sambo jadi momen Presiden Jokowi merombak habis Polri termasuk kemungkinan kapolri diganti. Panda juga menyoroti slogan presisi era Kapolri Listyo Sigit Prabowo.
Lalu, dia merasa miris dengan cibiran warga yang meneriakan Sambo ke anggota polisi di sejumlah daerah.
Usai Panda bicara, giliran Ali Ngabalin yang diberikan kesempatan bicara. Ia heran dengan Panda yang seolah-olah menjadi hakim mengadili polisi. Dia minta Panda dan pembicara lain dalam acara Catatan Demokrasi tvOne.
"Kita ini bukan hakim untuk mengadili itu polisi. Hati-hati loh, hati-hati," kata Ngabalin dikutip dari YouTube tvOne pada Rabu, 31 Agustus 2022.
Dia mengingatkan Polri merupakan institusi negara. Menurut dia, jangan sampai pandangan Panda terjadi distorsi.
Panda sempat merespons omongan Ngabalin. "Ini udah terbalik-balik," ujar Panda dengan wajah keheranan.
Ngabalin terus bicara dan meminta agar Panda jangan terlalu maju-maju. Dia bilang jangan terlalu bicara seenak perutnya.
"Lari dari masalah, ke sana kemari. Bahwa ini masalah kesempatan polisi mengevaluasi internalnya, iya. Tapi, apa kewenangan kita untuk melakukan itu?" tutur Ngabalin.
Dia menegaskan agar Polri diberikan kepercayaan untuk memperbaiki internal lembaganya. Ngabalin bilang menjadi anggota polisi itu terproses. Begitupun menurutnya dengan jenderal-jenderal yang memimpin.
"Menjadi jenderal, menjadi orang terpimpin itu terproses pak. Jangan dibikin begitu polisinya," ujar Ngabalin.
Panda sempat beri tanggapan lagi. Dia bilang Ngabalin sudah salah tangkap omongannya.
"Udah salah tangkap, udah salah tangkap. Udah salah ngerti," kata Panda.
Belum selesai Panda bicara, Ngabalin melanjutkan argumennya dengan nada keras.
"Jangan membuat distorsi ini perkara. Kalian siapa sih?" ujar Ngabalin.
"Sekarang lihat. Eh, dengar baik-baik! Polri itu dalam sidang etiknya kemudian ada dilakukan ada pemberhentian kepada Jenderal Ferdy itu," lanjut Ngabalin.
Dia mengatakan kalau Sambo sudah diberhentikan secara tidak hormat alias dipecat Polri. Saat ini, Polri sudah merampungkan adegan rekonstruksi kasus yang menjerat Sambo tersebut.
"Kenapa kita jadi mengadili polisi. Sementara, polisi adalah institusi negara. Hati-hati loh. Ini jangan sampai terjadi distorsi. Ini nggak boleh begitu," kata Ngabalin.
Panda lalu menimpali pernyataan Ngabalin yang dianggapnya sudah terlalu jauh menafsirkan.
"Dengarkan dulu baik-baik. Dengarkan baik-baik. Tidak ada. Jangan sudzon," ujar Panda merespons Ngabalin.
Pun, Ngabalin tak menghentikan omongannya. Dia terus melanjutkan bicaranya.
"Kenapa abang harus bilang memberhentikan kapolri dan segala macam. Eh, ini institusi negara bang Panda," tutur Ngabalin.
Ngabalin mengatakan dirinya dan Panda sama-sama pernah duduk sebagai anggota DPR.
"Jangan terlalu maju gitu. Kita sudah sama-sama di DPR, waktu itu," lanjut Ngabalin.
Ngabalin yang sejenak berhenti bicara, Panda pun kembali beri tanggapan. Dia menjelaskan singkat maksud omongannya soal perombakan Polri.
"Saya bilang ini kesempatan emas buat Presiden. Bukan berarti menghukum kapolri, menghukum ini. Aduh," jelas Panda.
Perdebatan dengan Ngabalin selesai karena Panda mempersilakan eks pengacara Bharada E, Deolipa Yumara bicara. Saat Deolipa bicara, Ngabalin pun terlibat adu argumen sengit dengan pengacara kontroversial tersebut.